Gendut Itu Seksi



Ko Jeena

Malam ini aku sudah terlanjur janji dengan teman akrabku dulu. Mentraktir dia makan ‘sego kucing’ di angkringan dekat penanjakan pada kantor ESDM (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral).

Janji tetaplah sebuah janji, harus ditepati. Walaupun ini korelasinya kuat sekali dengan mencibit uang di kantong. Dan juga pastinya mempengaruhi anggapan seseorang mengenai diri ini ‘menepati janji atau PHP’.

Sesaat, setelah aku memarkirkan kendaraanku tepat di depan angkringan. Sebuah suara melengking memanggil diriku.

“Oi, Bro! Akhirnya datang juga kamu,” Sapanya tak lama aku injakkan kaki di sana.

Namanya ‘Jack’ sebenarnya nama asli dia bukan itu, tapi aku lebih senang memanggilnya demikian, agar lebih akrab. Dan menunjukan sikap yang apa adanya. Beda toh, dengan caleg yang saat ini sedang gencar-gencarnya Tebar pesona di dusun-dusun. Ingin terlihat wah pada sikap dan penampilannya, namun sembunyikan borok pada watak dan perilaku aslinya. Lebih baik seperti kami berdua, apa adanya bukan ada apa-apanya.

“Tumben nian kamu datang lebih awal Jack, apa karena kali ini aku yang traktir,” Ledekku.

Seketika, tawa kami pecah usir kesunyian malam itu.

“Kamu itu bisa saja Bro.”

“Ya karena aku kenal kamu lah. Tak pernah sejarahnya si Jack datang tepat waktu. Dan positif malam ini, rekor itu dipecahkan. Dirimu datang lebih awal.” Tuturku singkat

“Hahaha!. Bro... bro... Kamu itu ada-ada saja. Ya karena aku rindu kamu makanya aku datang lebih awal. Lah dirimu sendiri kenapa telat dua menit? Apakah sekarang susah berjalan karena gunungan itu hingga kamu jadi lelet,” katanya sambil memonyongkan bibirnya ke arahku.

Ini ledekan langsung ke hati, pikirku. Jika saja aku tipikal orang yang sensitif, maka aku sudah pasti akan tersinggung jika sudah menyangkut fisik. Adapun maksud monyongnya itu ingin menunjukan jika Perutku sudah membuncit seperti gunungan.

“Asem kau!. Bukannya rindu denganku makanya kamu datang lebih awal, tapi ingin melihat gunung ini nih. Wah! Ngajak berantem nih Anak,” candaku sembari menggoncang-goncangkan perut.

Sementara dia masih tertawa senang. Selebrasi kemenangannya.

Satu tahun yang lalu. Aku dan Jack pernah membuat sebuah kesepakatan memang, ketika kami hendak berpisah karena faktor pekerjaan yang memaksa berpisah. Jujur saja saat itu kami berdua ada perasaan sedikit bermasalah dengan problema ‘berat badan’. Dengan diriku yang berkhayal memiliki tubuh sixpack dan Jack sendiri yang memang dituntut pekerjaan untuk mengurangi berat badan. Maka kami berdua bertekad untuk rajin berolah raga, meski pada praktiknya hanya satu kali jogging saja sebelum Jack pindah ke tempat kerjanya yang baru.

Sialnya, hasil dari Jogging dadakan itu adalah telapak kakiku yang kapalan semua. Kulit luarnya mengelupas bukti aku memang sudah lama bercerai dengan aktivitas olah raga. Akibatnya keesokan hari saat berangkat kerja aku berjalan ngengkang karena menahan rasa sakit pada kaki. Saat teman bertanya “ada apa?” agar tetap dapat menjaga ‘Imej’ kukatakan pada mereka “kecelakaan Sob!.” Padahal karena efek tak pernah olah raga.

Singkat cerita, berpisahlah kami karena Jack tetap diterima bekerja dengan konsekwensi penurunan Berat badan ketika dalam masa training di lapangan. Perpisahan itu dengan satu kesepakatan,

“Siapa diantara Kita berdua yang dapat menurunkan Berat badan hingga ke batas Ideal, maka Dia berhak ditraktir makan. Dan batas waktu kesepakatan pada saat Kita bertemu lagi nanti,” terang Jack dangan nada menggebu-gebu

Dengan jawaban tak kalah semangatnya, kujawab kesepakatan itu.

“Oke. Kamu pasti lihat diriku sixpack Jack!,” jawabku dengan optimisme yang tinggi.

Itulah perjanjian Kami satu tahun yang lalu. Setelah itu aku dan Jack tidak pernah lagi ketemu, aku masih di Jambi sementara dia di Musi (Palembang).

Sejak kesepakatan itu, aku jadi lebih bersemangat untuk berolah raga pada awalnya. Hingga tak tanggung-tanggung dihari kedua setelah Ikrar itu diucapkan, Aku sisihkan uang untuk mengikuti program pelatihan Fitness dengan mencari instruktur yang paling beken. Tak butuh waktu lama akhirnya aku temukan tempat latihan ternama dan sesuai dengan keinginan. Kebetulan di sana ada pula teman perhotelanku dulu yang menjadi
salah satu instruktur fitness untuk menjadi pembimbingku.

Ketika ditanya pada awal aku masuk Fitness.

“Apa motivasi Mas ikut latihan ini?,” tanya salah seorang Instruktur senior

“Ingin punya tubuh yang ‘body fitt’ Bang! Sixpack! Dan Macho!,” jawabku penuh semangat.

“Oh itu gampang, setahun lah. Asal mas rajin,” jawabnya memberikan keyakinan padaku

Mendengar pernyataan itu, mataku langsung berbinar-binar. Sembari berucap dalam hati penuh Jumawa jika nanti akulah yang akan lebih seksi ketimbang si Jack ketika kami bertemu nanti.

Hari-hari awal latihan aku jalani dengan semangat juang tinggi. Berjalan satu hari, dua hari, tiga hari bahkan empat hari. Namun pada hari kelima, ketika tiba latihan untuk pembentukan otot kaki serasa badan ini remuk menerimannya. Karena motivasi dalam diri saat itu  sedang tinggi, aku paksa dengan sekuat tenaga. Alhasil, memang karena tubuh ini telah lama tak berolah raga, jadi seakan sakit semua seperti telah dikuliti. Serius! Sepulang latihan saat sampai dirumah ah.. rasanya terkapar dibuatnya.

Dan dampaknya sungguh menyiksa. Selama satu minggu kedepan aku harus menjalani hari-hari dengan jalan mengengkang karena otot kaki sakit semua. Tangan keram akibat angkat beban. Dan leher tegang akibat dipaksa tak karuan. Setelah itu, jujur aku kapok kembali.

Inipula masalahku, semangatku mudah tersulut hingga berapi-api, namun juga cepat padam seperti kerupuk tersiram air. Itulah bukti bahwa aku memang butuh orang yang selalu mengingatkan tentang sisa semangat tersemat untuk berjuang.

Waktu bergulir cepat hingga tiba waktu pertemuan kami. Malam ini. Di angkringan mas Sukri.

“Jadi, sekarang siapa ya yang akan traktir?,” pertanyaan Jack jelas meledekku.

Dengan senewen kujawab, “Iya... iya... aku.” Mendengar itu dia tertawa terbahak-bahak.

“Lihat. Walaupun aku tak sixpack pula, namun perutku kecil tak sebesar perutmu yang seperti Gunung Kerinci. Hahaha!” ledeknya dengan Pongah.

Hal itu memaksa aku harus segera putar otak agar tak terlalu di pecundang-cundangi oleh dia. Tahu sendirilah watakku yang tak segampang itu mengatakan kalah jika sudah menyangkut kredibilitas diri, hahaha.

“Ya memang badanmu terlihat seksi dibandingkan aku,” pancingku.

“Nah itu akhirnya. Mengaku juga kamu Bro.” jawabnya dengan bangga.

“Tapi satu tahun yang lalu,” sambungku.

“Lah! Kenapa pula bisa seperti itu?.”

“Karena Trend saat ini dan tahun lalu itu beda, saat ini yang dikatakan Seksi itu ya yang perutnya gendut.”

“Beh! Ngarang Kamu!,” sanggahnya tak percaya.

“Itulah, kamu kebanyakan di perkebunan. Coba sekali-kali pergi ke kota biar kamu tahu. Saat ini tak zaman besarkan otot lengan, yang sedang hits membesarkan perut. Coba lihat saja di Teve-teve. Orang-orang berpengaruh rata-rata gendut. Wanita lebih suka lelaki bertubuh gemuk. Imut-imut katanya, kayak badut eh.. marmut. Politisi-politisi terlihat berwibawa jika mereka gendut. Artis-artis yang mapan juga sekarang gendut. Karena Gendut itu lambang kemapanan, meski tak kaya yang penting mapan. Mapan tak harus kaya. Yang penting tenang tak banyak pikiran. Dan itu ada pada orang gendut. Gendut itu terlihat sukses, walaupun sebenarnya dia nggak sukses. Dan itu akan kamu temui pada orang bertubuh gendut,” jawabku ngasal sembari menahan senyum karena lihat mimik wajahnya.

“Ah! Serius. Masih tak percayalah aku,” gumamnya dalam raut melongo itu.

...

Sejujurnya jika Saya pribadi lebih suka mengatakan ‘Gendut is Sexy’. Karena Saya sendiripun seseorang yang bertubuh Gemuk alias Gendut. Dimana letak keseksiannya?. Terlepas dari cara penilaian masing-masing orang mendefenisikan apa itu seksi. Saya pribadi mengatakan jika yang membuat orang seksi itu bukan karena tampilan fisik dan apa yang terlihat saja. Namun apa yang dapat dirasakan. “Hati yang mulia dan dekat dengan Allah” adalah keseksian yang teramat seksi dari kacamataku. Tidak peduli dengan tampilan fisik seperti apa yang mempengaruhi pribadi itu.

“Inner Beauty is Better than body beauty.”

Jadi tak perlu ragu dan minder bagi Kita yang memiliki bobot tubuh lebih daripada mereka yang memiliki bobot tubuh ideal. Karena penilaian yang sehat pasti jauh dari pandangan fisikly. Sebab kecerdasan, keanggunan, ketakwaan, dan akhlak yang baiklah menjadikan seseorang lebih berharga. Ketimbang mereka yang merasa dirinya cantik dan tampan karena ideal namun menyimpan jati diri yang ‘sampah’ dan bobrok bagi kehidupan sekitar.

Jambi, 3 April 2014


5 komentar:

  1. Khulatul Mubarokah mengatakan...

    Orang gendut numpang lewat ....
    Bagus

  2. Unknown mengatakan...

    Thanks Mbak Khulatul. :v

  3. Erna Metasari mengatakan...

    Yuk daftar, main-main b0l4 disini F*a*n*s*B*E*T*T*I*N*G :)

  4. miao sai mengatakan...

    AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
    Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
    Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
    Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)

  5. bam dum tus mengatakan...

    agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
    ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
    pin bbm :2B389877

Posting Komentar