Malam ini aku sudah terlanjur
janji dengan teman akrabku dulu. Mentraktir dia makan ‘sego kucing’ di
angkringan dekat penanjakan pada kantor ESDM (Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral).
Janji tetaplah sebuah janji, harus
ditepati. Walaupun ini korelasinya kuat sekali dengan mencibit uang di
kantong. Dan juga pastinya mempengaruhi anggapan seseorang mengenai diri ini
‘menepati janji atau PHP’.
Sesaat, setelah aku memarkirkan
kendaraanku tepat di depan angkringan. Sebuah suara melengking memanggil diriku.
“Oi, Bro! Akhirnya datang juga kamu,”
Sapanya tak lama aku injakkan kaki di sana.
Namanya ‘Jack’ sebenarnya nama
asli dia bukan itu, tapi aku lebih senang memanggilnya demikian, agar lebih
akrab. Dan menunjukan sikap yang apa adanya. Beda toh, dengan caleg yang saat
ini sedang gencar-gencarnya Tebar pesona di dusun-dusun. Ingin terlihat wah
pada sikap dan penampilannya, namun sembunyikan borok pada watak dan perilaku
aslinya. Lebih baik seperti kami berdua, apa adanya bukan ada apa-apanya.
“Tumben nian kamu datang lebih
awal Jack, apa karena kali ini aku yang traktir,” Ledekku.
Seketika, tawa kami pecah usir
kesunyian malam itu.
“Kamu itu bisa saja Bro.”
“Ya karena aku kenal kamu lah. Tak
pernah sejarahnya si Jack datang tepat waktu. Dan positif malam ini, rekor itu
dipecahkan. Dirimu datang lebih awal.” Tuturku singkat
“Hahaha!. Bro... bro... Kamu itu
ada-ada saja. Ya karena aku rindu kamu makanya aku datang lebih awal. Lah
dirimu sendiri kenapa telat dua menit? Apakah sekarang susah berjalan karena
gunungan itu hingga kamu jadi lelet,” katanya sambil memonyongkan bibirnya ke
arahku.
Ini ledekan langsung ke hati,
pikirku. Jika saja aku tipikal orang yang sensitif, maka aku sudah pasti akan
tersinggung jika sudah menyangkut fisik. Adapun maksud monyongnya itu ingin
menunjukan jika Perutku sudah membuncit seperti gunungan.
“Asem kau!. Bukannya rindu
denganku makanya kamu datang lebih awal, tapi ingin melihat gunung ini nih.
Wah! Ngajak berantem nih Anak,” candaku sembari menggoncang-goncangkan perut.
Sementara dia masih tertawa
senang. Selebrasi kemenangannya.
Satu tahun yang lalu. Aku dan Jack
pernah membuat sebuah kesepakatan memang, ketika kami hendak berpisah karena
faktor pekerjaan yang memaksa berpisah. Jujur saja saat itu kami berdua ada
perasaan sedikit bermasalah dengan problema ‘berat badan’. Dengan diriku yang
berkhayal memiliki tubuh sixpack dan Jack sendiri yang memang dituntut
pekerjaan untuk mengurangi berat badan. Maka kami berdua bertekad untuk rajin
berolah raga, meski pada praktiknya hanya satu kali jogging saja sebelum Jack
pindah ke tempat kerjanya yang baru.
Sialnya, hasil dari Jogging
dadakan itu adalah telapak kakiku yang kapalan semua. Kulit luarnya mengelupas
bukti aku memang sudah lama bercerai dengan aktivitas olah raga. Akibatnya
keesokan hari saat berangkat kerja aku berjalan ngengkang karena menahan rasa
sakit pada kaki. Saat teman bertanya “ada apa?” agar tetap dapat menjaga ‘Imej’
kukatakan pada mereka “kecelakaan Sob!.” Padahal karena efek tak pernah olah
raga.
Singkat cerita, berpisahlah kami
karena Jack tetap diterima bekerja dengan konsekwensi penurunan Berat badan
ketika dalam masa training di lapangan. Perpisahan itu dengan satu kesepakatan,
“Siapa diantara Kita berdua yang
dapat menurunkan Berat badan hingga ke batas Ideal, maka Dia berhak ditraktir
makan. Dan batas waktu kesepakatan pada saat Kita bertemu lagi nanti,” terang
Jack dangan nada menggebu-gebu
Dengan jawaban tak kalah
semangatnya, kujawab kesepakatan itu.
“Oke. Kamu pasti lihat diriku
sixpack Jack!,” jawabku dengan optimisme yang tinggi.
Itulah perjanjian Kami satu tahun
yang lalu. Setelah itu aku dan Jack tidak pernah lagi ketemu, aku masih di
Jambi sementara dia di Musi (Palembang).
Sejak kesepakatan itu, aku jadi
lebih bersemangat untuk berolah raga pada awalnya. Hingga tak tanggung-tanggung
dihari kedua setelah Ikrar itu diucapkan, Aku sisihkan uang untuk mengikuti
program pelatihan Fitness dengan mencari instruktur yang paling beken. Tak
butuh waktu lama akhirnya aku temukan tempat latihan ternama dan sesuai dengan
keinginan. Kebetulan di sana ada pula teman perhotelanku dulu yang menjadi
salah satu instruktur fitness
untuk menjadi pembimbingku.
Ketika ditanya pada awal aku masuk
Fitness.
“Apa motivasi Mas ikut latihan
ini?,” tanya salah seorang Instruktur senior
“Ingin punya tubuh yang ‘body
fitt’ Bang! Sixpack! Dan Macho!,” jawabku penuh semangat.
“Oh itu gampang, setahun lah. Asal
mas rajin,” jawabnya memberikan keyakinan padaku
Mendengar pernyataan itu, mataku
langsung berbinar-binar. Sembari berucap dalam hati penuh Jumawa jika nanti
akulah yang akan lebih seksi ketimbang si Jack ketika kami bertemu nanti.
Hari-hari awal latihan aku jalani
dengan semangat juang tinggi. Berjalan satu hari, dua hari, tiga hari bahkan
empat hari. Namun pada hari kelima, ketika tiba latihan untuk pembentukan otot
kaki serasa badan ini remuk menerimannya. Karena motivasi dalam diri saat
itu sedang tinggi, aku paksa dengan sekuat tenaga. Alhasil, memang karena
tubuh ini telah lama tak berolah raga, jadi seakan sakit semua seperti telah
dikuliti. Serius! Sepulang latihan saat sampai dirumah ah.. rasanya terkapar
dibuatnya.
Dan dampaknya sungguh menyiksa.
Selama satu minggu kedepan aku harus menjalani hari-hari dengan jalan
mengengkang karena otot kaki sakit semua. Tangan keram akibat angkat beban. Dan
leher tegang akibat dipaksa tak karuan. Setelah itu, jujur aku kapok kembali.
Inipula masalahku, semangatku
mudah tersulut hingga berapi-api, namun juga cepat padam seperti kerupuk
tersiram air. Itulah bukti bahwa aku memang butuh orang yang selalu
mengingatkan tentang sisa semangat tersemat untuk berjuang.
Waktu bergulir cepat hingga tiba
waktu pertemuan kami. Malam ini. Di angkringan mas Sukri.
“Jadi, sekarang siapa ya yang akan
traktir?,” pertanyaan Jack jelas meledekku.
Dengan senewen kujawab, “Iya...
iya... aku.” Mendengar itu dia tertawa terbahak-bahak.
“Lihat. Walaupun aku tak sixpack
pula, namun perutku kecil tak sebesar perutmu yang seperti Gunung Kerinci.
Hahaha!” ledeknya dengan Pongah.
Hal itu memaksa aku harus segera
putar otak agar tak terlalu di pecundang-cundangi oleh dia. Tahu sendirilah
watakku yang tak segampang itu mengatakan kalah jika sudah menyangkut
kredibilitas diri, hahaha.
“Ya memang badanmu terlihat seksi
dibandingkan aku,” pancingku.
“Nah itu akhirnya. Mengaku juga kamu
Bro.” jawabnya dengan bangga.
“Tapi satu tahun yang lalu,” sambungku.
“Lah! Kenapa pula bisa seperti
itu?.”
“Karena Trend saat ini dan tahun
lalu itu beda, saat ini yang dikatakan Seksi itu ya yang perutnya gendut.”
“Beh! Ngarang Kamu!,” sanggahnya
tak percaya.
“Itulah, kamu kebanyakan di
perkebunan. Coba sekali-kali pergi ke kota biar kamu tahu. Saat ini tak zaman
besarkan otot lengan, yang sedang hits membesarkan perut. Coba lihat saja di
Teve-teve. Orang-orang berpengaruh rata-rata gendut. Wanita lebih suka lelaki
bertubuh gemuk. Imut-imut katanya, kayak badut eh.. marmut. Politisi-politisi
terlihat berwibawa jika mereka gendut. Artis-artis yang mapan juga sekarang
gendut. Karena Gendut itu lambang kemapanan, meski tak kaya yang penting mapan.
Mapan tak harus kaya. Yang penting tenang tak banyak pikiran. Dan itu ada pada
orang gendut. Gendut itu terlihat sukses, walaupun sebenarnya dia nggak sukses.
Dan itu akan kamu temui pada orang bertubuh gendut,” jawabku ngasal sembari
menahan senyum karena lihat mimik wajahnya.
“Ah! Serius. Masih tak percayalah
aku,” gumamnya dalam raut melongo itu.
...
Sejujurnya jika Saya pribadi lebih
suka mengatakan ‘Gendut is Sexy’. Karena Saya sendiripun seseorang yang
bertubuh Gemuk alias Gendut. Dimana letak keseksiannya?. Terlepas dari cara
penilaian masing-masing orang mendefenisikan apa itu seksi. Saya pribadi mengatakan
jika yang membuat orang seksi itu bukan karena tampilan fisik dan apa yang
terlihat saja. Namun apa yang dapat dirasakan. “Hati yang mulia dan dekat
dengan Allah” adalah keseksian yang teramat seksi dari kacamataku. Tidak peduli
dengan tampilan fisik seperti apa yang mempengaruhi pribadi itu.
“Inner Beauty is Better than body
beauty.”
Jadi tak perlu ragu dan minder
bagi Kita yang memiliki bobot tubuh lebih daripada mereka yang memiliki bobot
tubuh ideal. Karena penilaian yang sehat pasti jauh dari pandangan fisikly.
Sebab kecerdasan, keanggunan, ketakwaan, dan akhlak yang baiklah menjadikan
seseorang lebih berharga. Ketimbang mereka yang merasa dirinya cantik dan
tampan karena ideal namun menyimpan jati diri yang ‘sampah’ dan bobrok bagi kehidupan
sekitar.
Jambi, 3 April 2014
Orang gendut numpang lewat ....
Bagus
Thanks Mbak Khulatul. :v
Yuk daftar, main-main b0l4 disini F*a*n*s*B*E*T*T*I*N*G :)
AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877