Zona Sial! Itu Zona Nyaman


Ko Jeena
Saya ingat betul, ketika masih bekerja di tempat lama. Atasan saya selalu saja mengingatkan kepada saya akan pentingnya “keluar dari zona nyaman.” Tidak terlalu menggubris maksudnya kala itu, intinya dia ingin yang terbaik untuk seluruh karyawannya. Termasuk Saya. Meskipun dibenak masih saja sulit untuk hilangkan prasangka, jika itu hanya akal-akalan atasan agar kami (karyawannya) bisa memberikan Loyalitas tinggi dengan perbandingan kesejahteraan rendah. Ketika seorang karyawannya ingin atau akan dimutasikan ke bagian paling tidak menyenangkan dengan konsekuensi gaji sama seperti sebelumnya. Tapi itu hanya sebatas prasangka.

Betulah kiranya jika dibutuhkan Pemikiran jernih dan positif untuk menanggapi dan membedah setiap perkataan. Tidak perduli siapapun yang katakan, pasti terkandung unsur kebaikan bila kita bisa mendengarnya sejernih hati dapat merasakan. Begitupun dengan setiap perkataan yang dilontarkan atasan saya terdahulu. Tidak serta merta yang dia katakan hanya untuk kepentingan dirinya dan memperlancar hasratnya tanpa memikirkan dampak negatif yang akan ditanggung oleh seluruh karyawannya. Diselip itu pasti ada pula saripati kebaikan yang dapat kita cerna.
“Jika kamu ingin Sukses, maka mulai detik ini keluarlah dari zona nyamanmu.” Ucap atasan Saya ketika hendak memutasi saya ke luar kota.
Bisa bayangkan, bagaimana dongkolnya Saya waktu itu. Ketika harus ambil keputusan untuk berpisah dari keluarga dan harus memenuhi tugas untuk dinas di luar kota. Bukan sehari dua hari, namun selama saya mampu hingga saya katakan “Menyerah” dengan menyodorkan surat Resign.
Kejadian itu dulu, sebelum Saya bekerja di tempat saat ini. Saat Saya menilai rangkaian kata “keluar dari zona nyaman” itu hanya sebuah penghibur untuk hati ketika perusahaan ingin menunggangi. Namun kini berbeda. Pikiran saya perlahan terbuka. Kalimat pendek itu pasti memiliki makna dalam lebih dari sekedar “Loyalitas” belaka. Dan kini mari coba kita dedah sebagian kecilnya saja.
Saya akui, memang benar jika untuk mendapatkan suatu kesuksesan dalam bidang apapun kita harus keluar dari zona nyaman itu sendiri. Saya katakan! Tidak mungkin seseorang akan berhasil dalam menuju suatu hal apapun jika sama sekali orang itu tidak memiliki tekad untuk keluar dari lingkaran zona nyamannya. Banyak sekali yang sudah membuktikan jika langkah awal kesuksesan ketika kita dapat keluar dari zona nyaman. Apapun bidang profesi. Apapun tujuan akhir yang hendak dituju. Dan apapun pula kesuksesan yang hendak diraih. Sebab kesuksesan itu sendiri memiliki definisi berbeda bagi setiap individu. Termasuk kita
Zona nyaman itu berbahaya!
Benarlah jika Zona nyaman itu tak ubahnya seperti rasa malas yang menumpuk bergunung-gunung ketika kita telah terlanjur nyaman dan tenang dengan kondisi yang kita alami. Tidak ada lagi tantangan hidup yang membuat hidup terasa bergelora saat zona nyaman itu telah membelenggu. Tidak ada lagi prioritas dalam hidup seakan semua telah terlena oleh waktu. Hilanglah setiap goal yang dirancang untuk kita tembus saat kita telah kibarkan bendera putih tanda menyerah kepada rasa nyaman. Tidak ada lagi hasrat membara. Dan tidak ada pula ritme yang memacu hidup lebih bermakna.
Coba bayangkan, saat ini. Sudah berapa banyak anak-anak muda yang kehilngan rasa semangat berjuangnya padahal umur masihlah sangat muda. Berapa banyak anak-anak muda yang luruh rasa ikhtiarnya padahal jalan yang sesungguhnya belum lagi terlihat. Barapa banyak? Pastilah sangat banyak orangnya. Ketika kita telah mensetting  suatu tujuan yang ingin dicapai, maka bergeraklah dengan semangat membara untuk mewujudkannya. Saya berani katakan, jika seseorang terlanjur akrab dengan zona nyamannya, maka dia tak ubahnya seperti zombi-zombi yang hidup pada dua garis sama namun tak serupa. Hidup mereka monoton. Hidup mereka tak memberikan hasil apapun yang dapat dikontribusikan kepada orang banyak. Karena mereka terlanjur nyaman. Karena mereka telah menjadi banci diantara garangnya dunia lelaki. Dunia ini keras! Dia kejam! Bagi setiap orang-orang yang bekerja keras.
Ingin Kaya! Maka Keluar Dari Zona Nyaman
hal ini juga berlaku untuk Saya. Ketika Saya telah menobatkan diri nyaman dengan beban dan tanggung jawab kerja sekarang, maka saat itu anggaplah saya sudah mati. Tidak akan berhasil seseorang jika hanya berkutat dengan dunia kerja yang membuat dia nyaman. Bergegaslah! Keluar dari zona nyaman kita. Seorang karyawan tidak akan dipandang oleh atasan sebagai karyawan berprestasi jika tak banyak hal yang ia lakukan, sialnya itu membuat dia nyaman. Dia berpikir jika cukuplah kerjakan apa-apa saja yang sudah tertera dalam Job Desk (lembar kerja) yang ia kerjakan. Dia tak mau lagi menoleh ke kriri dan kanan untuk melakukan hal lain.
Jangankan untuk membantu Rekan sejawat, melakukan tanggung jawabnya saja terkadang ia pilih-pilih dahulu untuk yang akan dia kerjakan hari ini. Padahal jika tersedia waktu luang, bisa saja dia kerjakan pekerjaannya untuk besok. Padahal jika ada waktu senggang, bisa saja ia permudah langkah kerja untuk apa yang akan ia kerjakan esok. Karena dia sudah akrab dengan zona nyaman ini, maka seolah apa yang akan ia lakukan adalah “cukup-cukup” saja.
Lihat saja contoh lain ketika seorang pekerja baru melamar lowongan kerja. Ketika dilihatnya ijazahnya adalah hasil teluran universitas ternama, maka dia enggan untuk bekerja pada level yang berada di bawah. Alasan gengsi jadi modal dasar sukses? It’s Impossible! Cam kan itu!.
HRD : “Saudara Midun, benar Anda melamar di perusahaan kami.?”
Midun : “Oh iya pak, saya berharap diterima bekerja di sini.”
HRD : “jika saya lihat dari Ijazah Anda sebagai lulusan Universitas A, anda memiliki nilai cukup tinggi. Tapi masalahnya saat ini yang dibutuhkan masih sebatas operator Customer Service, bagaimana?”
Midun : “...”
Jika kita menjadi tokoh bernama Midun, apa yang akan kita lakukan. Jika asumsi Saya, maka seketika kita akan menolak tawaran HRD itu, sembari berbisik dalam hati “Saya bisa mencari pekerjaan yang lebih baik.” Bagaimana dengan Anda?
Sebenarnya, pikiran gengsi seperti itulah yang harus kita hilangkan. Sebagaimana kiat kita agar keluar dari zona nyaman itu sendiri sangat sesuai dengan hukum dasar kesuksesan dalam berkarir. Kita tidak akan dapat melangkah ke anak tangga paling atas jika kita tidak menapakkan kaki pada anak tangga paling bawah. Artinya, ketika kita memutuskan untuk berkarir dalam perusahaan atau pekerjaan bidang apapun, maka mau tak mau kita harus dapat keluar dari zona nyaman kita yang menginginkan posisi enak ketika baru melamar kerja. Segala sesuatu harus dilakukan “step by step” yakni dari bawah. Dengan kata lain, dari zona yang membuat kita sangat tidak nyaman.
Begitupula jika kita seorang pengusaha. Tidak akan dapat dagangan kita laris terjual jika kita tidak bersakit-sakit untuk memasarkannya ke konsumen. Apapun jenis usaha kita. Apakah itu kuliner, sandang, properti, hiburan, dan lain sebagainya, kita memerlukan usaha yang cukup keras untuk membuat roda usaha itu berputar. Bukankah begitu miris jika kita memilki suatu bidang usaha namun kita hanya berduduk-duduk ria menunggu pelanggan yang menghampiri kita.  Meski sesabar apapun kita, hingga lebaran monyet sekalipun kita tidak akan menyamai orang lain yang sejak awal telah keluar dari zona nyamannya.
“beriktiarlah yang keras dan berdoalah yang khusuk”
Semua itu tidak akan dapat kita lakukan jika kita masih saja berleha-leha dalam zona ternyaman milik kita.
Hubungan Dengan Allah, Perlukah Keluar Dari Zona Nyaman?
Dengan tegas, kukatakan iya!. Tidak hanya bekerja dan berwirausaha kita harus keluar dari zona Nyaman, beribadahpun harus juga. Karena hakekat ibadah itu tidak hanya Sholat dan Mengaji saja, tapi banyak yang lainnya. Bekerja adalah ibadah, jika kita terus berada di zona nyaman kita, bagaimana bisa kita serius bekerja. Habbluminannass (hubungan sesama manusia) adalah beribadah juga, jika kita tidak dapat keluar dari zona nyaman kita, maka membudayalah kepada kita akan pola pikir tidak pentingnya bersosialisasi terhadap sesama. Dan juga jutaan ibadah lainnya seperti dakwah, puasa, menuntut ilmu, dan berbagai ibadah yang takkan mungkin disebutkan satu-persatu.
Apakah dapat kita pikirkan ketika seseorang yang ingin mendirikan Qiyamul lail namun dia masih terlena dengan zona nyaman tidur malamnya. Jika kita tidak paksakan keluar dari zona itu, maka sekuat apapun keinginan kita untuk mendirikan qiyamul lail takkan dapat terbangun ketika tiba waktunya.
Ketika kita bertekad untuk melaksanakan “On Day One Juz (ODOJ)” apakah dapat terlaksana jika kita sedikitpun tak memaksakan diri dengan kebiasaan baru, untuk keluar dari zona nyaman saat waktu senggang menyia-nyiakan waktu itu. Ketika kita bertekad untuk berpuasa daud, atau paling tidak senin kamis, mungkinkah dapat terwujud jika tidak bersusah payah keluar dari zona nyaman saat kita terlalu manja untuk mengerem sedikit pola makan. Bagaimana dengan Haji bagi yang mampu? Bisakah terlaksana tanpa kita berpeluh-peluh menabung untuk mewujudkannya.
Berdakwah di jalan Allahpun demikian. Lihatlah kepada saudara-saudara kita yang berada di daerah konflik. Mereka berdakwah hingga mengorbankan seluruh harta benda dan nyawa. Demi bertujuan untuk memuliakan agama Allah di bumi ini, agar Islam tetap berdiri kokoh di dunia ini. Agar panji-panji Allah dapat terus berkibar mengangkasa selimuti penjuru alam ini. Hingga satu titik berpulang yang mereka nanti. Syahid di jalan Allah. Bayangkan jika mereka tetap bersikukuh dengan zona nyaman mereka, apakah bisa kita bayangkan Islam akan menjadi apa di belahan bumi bagian timur sana. Lalu bagaimana dengan kita, bisakah kita menegakkan panji Allah jika kita tidak memaksakan kaki, tangan, dan seluruh raga kita agar terlepas dari belenggu zona nyaman. Sampai kita berdarah-darah sekalipun akan tetap memperjuangkan Agama Allah. Jika saja kita mau keluar dari belenggu itu. Zona nyaman.
Ibadahpun harus kita barengi tekad yang kuat, disamping kesadaran kita mengenai kodrat kita sebagai manusia hamba Allah. Dan semua itu tak akan terwujud, memang. Tanpa adanya upaya untuk melangkahkan niat yang tulus agar dapat keluar dari zona nyaman itu sendiri.
Ilmu Tak Didapat, Jika Kita Tidak Keluar Dari Zona Nyaman
Jadilah pelajar dan Pengajar yang berhasil keluar dari kungkungan Zona nyaman. Sebagaimana pepatah lama mengatakan “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.” Pepatah itu bukankah mengajarkan kita secara tak langsung untuk keluar dari zona nyaman. Karena pepatah itu menganalogikan semangat kita yang membara untuk menuntut ilmu meski ribuan mil jarak yang akan kita tempuh. Hal itu tak akan terwujud pula tanpa kesadaran untuk keluar dari zona sial itu.
Jika kita seorang pelajar yang tahu akan pentingnya Ilmu pengetahuan, maka sudah selayaknya kita harus bekerja keras dengan belajar sungguh-sungguh. Cara ampuh awalnya sebagai penggebrak ialah mendobrak kebiasaan malas itu sendiri, karena rasa malas itu seperti buah dari rerimbunan zona nyaman yang kita miliki. Ingin dapat nilai bagus, maka segeralah! Bangkit untuk belajar. Tegakkan kepalamu dari godaan bantal tempat tidurmu. Duduk! Tegakkan punggungmu! Ambil buku! Dan bacalah!. Seorang pelajar yang berhasil menjadi juara kelas atau menjadi mahasiswa terbaik bukanlah dia yang terlena pada zona nyamannya, namun dia yang mau keluar dan mengalahkannya.
Sebagai pengajarpun sama. Bayangkan kita adalah para murid dan siswa atau mahasiswa yang membutuhkan ilmu dari kita. Jika kita enggan keluar dari zona nyaman kita bagaimana kita memotivasi diri kita untuk dapat mentransfer ilmu kepada mereka. Kita butuh inovasi pengajaran baru agar mereka tidak bosan, kita butuh metode pengajaran baru agar mereka tidak jenuh. Oleh karena itu sebagai pengajarpun kita dituntut untuk dapat bekerja keras demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan penerus perjuangan dakwah itu juga. Agar tercipta sebuah generasi baru yang memegang teguh hukum Allah sebagai jalan hidupnya. Itu semua tidak akan pernah tercapai jika pengajarnya sendiri terlalu malas dan berlemah lunglai di dalam zona nyaman miliknya.
Kesimpulan
Segala sesuatu itu membutuhkan tekad dan kemauan yang keras untuk mencapainya. Dan langkah awal mewujudkannya adalah dengan keluar dari zona nyaman itu sendiri. Ingatlah! Zona nyaman itu berbahaya!. Karena daripadanya dapat timbul masalah dan penyakit hati lainnya. Dari zona nyaman inilah cikal bakal masalah bakal terjadi. Sedapat mungkin kita berbantah, hal itu pasti lambat laun akan terjadi. Maka segeralah! Kita keluar dari Zona nyaman!
Kiatkan semangat kerja untuk berkarya. Agar tercipta sebuah generasi dalam kehidupan yang harmoni.
Semoga bermanfaat.


4 komentar:

  1. memotivasi !

  2. Unknown mengatakan...

    ah! blog milik Ibu yang lebih memotivasi. saya suka tulisan2 disana, he,

  3. botol mengatakan...

    AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
    Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
    Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
    Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)

  4. how to be a gentleman mengatakan...

    agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
    ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
    pin bbm :2B389877

Posting Komentar