Allah telah menjadikan Umat Islam sebagai umat terbaik yang dihadirkan atas seluruh manusia. Dengan Agama ini, Allah perintahkan umat islam menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai pelopor kebaikan, mencegah kemungkaran, dan pemimpin yang mengayomi secara adil dengan hukum Allah. Keadaan tersebut telah menempatkan umat Islam tampil pada barisan terdepan dalam percaturan bangsa-bangsa di dunia.
Bila kemudian kenyataan yang terjadi sekarang umat Islam menjadi umat yang terbelakang, tak bernyali, hal itu tidak terlalu sulit untuk mendeteksi penyebabnya. Faktanya adalah bahwa kebanyakan umat Islam kini telah kehilangan jati dirinya (kepribadiannya) sebagai seorang muslim --umat terbaik yang dijanjikan oleh Allah.
Hilangnya kepribadian itu erat sekali hubungannya dengan kaburnya pemahaman umat akan aqidah Islam dan syariatnya yang agung. Melihat kenyataan tersebut, menjadi kewajiban atas setiap muslim mengembangkan jati diri keislaman dalam dirinya, sebagai langkah awal mengaplikasikan Islam dalam realitas kehidupan. 
Jalan menuju ke arah sana membutuhkan keyakinan, kepercayaan diri, kesungguhan berusaha (berdakwah), kesabaran serta pengorbanan. Untuk itu perlu ditanamkan pemahaman yang benar dan lurus tentang Islam dengan segala dimensinya, mencakup kepribadian yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap individu kaum muslimin.
Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat khususnya (muwashofat).

Salimul Aqidah - Good Faith - Akidah yang Bersih
- Tidak berhubungan dengan jin
- Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin
- Tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan
- Tidak menghadiri majelis dukun dan peramal
- Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan
- Tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati)
- Tidak bersumpah dengan selain Allah Subhanallahu wata’ala
- Tidak tasya'um (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu)
- Mengikhlaskan amal untuk Allah Subhanallahu wa ta’ala
- Mengimani rukun iman
- Beriman kepada nikmat dan siksa kubur
- Mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat
- Menjadikan syetan sebagai musuh
- Tidak mengikuti langkah-langkah syetan
- Menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala

Shahihul Ibadah - Right Devotion - Ibadah yang benar
- Ihsan dalam Thaharah
- Ihsan dalam shalat
- Membayar zakat
- Berpuasa fardhu
- Niat melaksanakan haji
- Komitmen dengan adab tilawah
- Menjauhi dosa besar
- Memenuhi nadzar
- Menyebar luaskan salam
- Menahan anggota tubuh dari segala yang haram
- Bersemangat untuk shalat berjamaah
- Bersemangat untuk berjamaah di masjid
- Menjaga Qiyamul-Lail
- Berpuasa sunnah
- Khusyu dalam membaca Alquran
- Berusaha dalam menghafal Al-Quran
- Komitmen dengan wirid tilawah harian
- Berdoa pada waktu-waktu utama
- Menutup hari-harinya dengan bertaubat dan beristighfar
- Berniat pada setiap melakukan perbuatan
- Merutinkan dzikir pagi hari
- Merutinkan dzikir sore hari
- Dzikir kepada Allah swt dalam setiap keadaan
- Beriktikaf pada bulan Ramadhan, jika mungkin
- Senantiasa menjaga kondisi Thaharah, jika mungkin

Matinul Khuluq - Strong Caharacter - Akhlak yang kokoh
- Tidak takabbur
- Tidak Imma'ah (asal ikut, tidak punya prinsip) (Harus memiliki hujjah yang kuat)
- Tidak Berdebat
- Tidak dusta
- Tidak mencaci maki
- Tidak mengadu domba
- Tidak Ghibah
- Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman / sahabat
- Memenuhi janji
- Birrul Walidain
- Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada keluarganya
- Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya
- Tidak memotong pembicaraan orang lain
- Tidak mencibir dengan isyarat apapun
- Tidak menghina dan meremehkan orang lain
- Menyayangi yang kecil
- Menghormati yang besar
- Menundukkan pandangan
- Menyimpan rahasia
- Menutupi dosa orang lain

Qawiyul Jismi - Physical Power - Fisik yang kuat
- Bersih badan
- Bersih pakaian
- Bersih tempat tinggal
- Komitmen dengan olah raga 2 jam setiap pekan
- Bangun sebelum fajar
- Memperhatikan tata cara baca yang sehat
- Mencabut diri dari merokok
- Komitmen dengan adab makan dan minum sesuai dengan sunnah
- Tidak berlebihan dalam begadang
- Menghindari tempat-tempat kotor dan polusi
- Menghindari tempat-tempat bencana (bila masih di luar area)

Mutsaqaful Fikri - Thingking Briliantly - Intelek dalam berpikir
- Baik dalam membaca dan menulis
- Memperhatikan hukum-hukum tilawah
- Mengkaji marhalah Makkiyah dan menguasai karakteristinya
- Mengenal 10 sahabat yang dijamin masuk surga
- Mengetahui hukum Thaharah
- Mengetahui hukum Shalat
- Mengetahui hukum Puasa
- Menyadari adanya peperangan zionisme terhadap Islam
- Mengetahui ghazwul fikri
- Mengetahui organisasi-organisasi terselubung
- Mengetahui bahaya pembatasan kelahiran
- Berpartisipasi dalam kerja-kerja jama'i
- Tidak menerima suara-suara miring tentang kita
- Membaca satu juz tafsir Alquran (juz 30)
- Menghafalkan separuh Arba'in (1-20)
- Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Riyadhush-Shalihin
- Membaca sesuatu yang di luar spesialisasinya 4 jam setiap pekan
- Memperluasa wawasan diri dengan sarana-sarana baru
- Menjadi pendengar yang baik
- Mengemukakan pendapatnya

Mujahidun Linafsihi - Continence - Berjuang melawan hawa nafsu
- Menjauhi segala yang haram
- Menjauhi tempat-tempat maksiat
- Menjauhi tempat-tempat bermain yang haram

Haritsun 'Ala Waqtihi - Good Time Managemenet - Pandai Menjaga Waktu
- Bangun pagi
- Menghabiskan waktu untuk belajar

Munazham fi Syu'unihi - Well Organized - Teratur dalam segala urusan
- Tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang menentang Islam
- Memperbaiki penampilannya

Qadirun Alal Kasbi - Independent - Mandiri dari segi ekonomi
- Menjauhi sumber penghasilan haram
- Menjauhi riba
- Menjauhi judi dengan segala macamnya
- Menjauhi tindak penipuan
- Membayar zakat
- Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain
- Menabung, meskipun sedikit
- Menjaga fasilitas umum
- Menjaga fasilitas khusus

NAfi'un Lighairihi - Giving Contribution - Bermanfaat untuk orang lain
- Melaksanakan hak kedua orang tua
- Membantu yang membutuhkan
- Memberi petunjuk orang tersesat
- Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan
- Menikah dengan pasangan yang sesuai

Membentuk kepribadian seorang muslim yang tangguh adalah dengan membangun pemikiran secara terpadu dalam diri seseorang di atas dasar aqidah Islam. Maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim agar senantiasa waspada dalam menjaga atau memelihara bangunan pemikiran dan kecenderungannya agar tetap terikat kuat dengan aqidah Islam disetiap langkah dalam hidup ini.

Wallahu a’lam bishowab.
Kisah Mengharukan Uwais Al-Qorni Sang Penghuni Langit
Repost : Sirah Nabawi Dan Sahabat Rasul
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa'at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa'at sejumlah qobilah Robi'ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah "Uwais al-Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
Seorang fuqoha' negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : "Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri".
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : "Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina 'Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas pulang". Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina 'Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina 'Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina 'Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais kemudian berkata: "Nama saya Uwais al-Qorni". Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: "Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda". Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah," Tolonglah kami !" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi," Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!"Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: "Apa yang terjadi ?" "Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?"tanya kami. "Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! "katanya. "Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!" Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya."Ya,"jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Sumber : Akun Fanspage Sirah Nabawi dan Sahabat Rasul