Ramadhan Di Negeri Pelacur 2

#CINTA'S SONG
“There ain't no reason you and me should be alone
Tonight, yeah, baby! (Tonight, yeah, baby!)
And I got a reason that you're who should take me home tonight (Tonight)
I need a man that thinks it's right when it's so wrong
Tonight, yeah, baby! (Tonight, yeah, baby!)”
Dentuman irama Lady Gaga versi fullhouse menghentak ruangan 10 x 30 meter malam ini. Cukup luas untuk menari disco ala retro pada ubin berlantai semen yang sedikit retak dan bolong pada dua sudut di depannya. Sambil berjingkrak bak kesetanan namun tetap asyik kata mereka. Meski akal sehat harus disimpan sementara di antara botol-botol whiskey dan ceper di atas meja. Yang penting terus On terbuai irama satu dan dua musik remik. Semakin tinggi karena pengaruh pil koplo yang sejak tadi mereka konsumsi.

“Hajaaarr terus… ga’ naik ga’ asyik bro..!!!” Teriak salah satu pengunjung disana. Istilah naik bukan naik yang sesungguhnya, namun naik adalah perumpamaan baku yang di gunakan oleh orang-orang pecinta musik house untuk menegaskan bahwa mereka begitu menikmati musik tersebut. Terlalu jauh larut kedalamnya. Atau yang lebih awam di kenal sebagai
_dugem tingkat berat_
Lebih karena pengaruh pil koplo atau obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi, sabu, dan jenis narkoba yang lain.
Suasana seperti ini sudah menjadi hal biasa disini. Di kawasan yang di hardik banyak orang. Orang-orang yang mengaku beriman, meski pada tingkatan taqliq atau ikut-ikutan. Di kawasan yang di kecam oleh mereka yang mengaku beriman, meski terkadang menghalalkan yang haram. Di kawasan yang di juluki sebagai daerah hitam, meski yang memberi julukan terkadang maksiat masih jalan.
Ya.. inilah kawasan prostitusi. Kawasan pelacuran. Kawasan yang kata mereka mengaku beriman sebagai lembah hina, namun ketika menjelang malam beberapa ada yang datang.
Lalu sejak lama kenapa tidak di hentikan. Atau setidaknya di peringatkan. Usir atau bahkan diledakkan. Bukankah telinga dan mulut yang mengatakan demikian telah tersumbat. Oleh uang-uang retribusi para pelacur, yang mereka pungut untuk kas daerah sebagai alasan. kemudian dimanakah suara yang sejak dahulu lantang ingin menertibkan. Apakah Kembali membisu.?, ya.. benar… semuanya akan kembali sunyi selama mereka dalam keadaan kenyang.
“Kerasin musiknya lagi dong..!!” teriak pengunjung lainnya. Seorang lelaki separuh baya. Usia kira-kira empat puluh lima tahun. Sedang menikmati bahkan terlalu menikmati candu musik mala mini. Semaikn menggila, dengan di temani berjoget olah seorang wanita berpakaian sexy. Rok mini dan sepatu hak tinggi. Seperti ular, meliukan tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Di antara tubuh lelaki separuh baya itu.
Di sebelahnya pula, seorang lelaki lain ikut berjoget. Berperawakan kurus dan tinggi. Jeans ketat yang robekpada paha sebelah kirinya. Seperti Rock n’ roll ketika memenangkan sebuah taruhan. Mengangkat tangan kanannya dengan menggenggam sekaleng beer dingin. Terus kesetanan. Jauh di dalam alam bawah kesadaraannya. Selalu berjingkrak, bersama iblis-iblis yang tertawa kegirangan.
Sementara di sudut lain ruangan itu. Pada sebuah meja dan kursi dari jati. Duduk sendiri seorang wanita muda. cantik dan sudah pasti sexy. Bagian dari mereka pula. Berpostur kira-kira 170 cm, putih dengan tatanan rambut panjang lurus hingga sebahu. hanya duduk dalam diam. terlanjur menikmati lamunannya sendiri, bersama sebatang rokok menthol yang ia hisap sejak tadi. jauh dari hiruk pikuk suasana discoutiq tempat ia berada sekarang.
“Cin, ngapain loe melamun..?” tegur seseorang menghamburkan lamunannya. Seorang wanita pula, menggunakan legging hitam ketat dan tanktop putih polos yang juga ketat dengan potongan rambut bob.
Yups.. Nama wanita yang duduk sendiri tadi adalah Cinta Kharisma Puteri. Biasanya teman-temannya atau orang sekitarnya memanggilnya cukup dengan Cinta. Seseorang kelahiran Tuban 1987 itu entah kenapa bisa terdampar di daerah gersang seperti tempat ini. Ceritanya tidak jelas. Pernah suatu ketika ia bercerita jika ia di tipu oleh seorang lelaki yang mengajaknya kerja di sumatera. Pada mulanya ia ingin di pekerjakan di Bandar lampung sebagai pegawai sebuah toko retail. Namun keadaan berubah saat kenyataan perlahan mulai terkuak. Dirinya di ajak ke daerah ini tanpa tujuan yang jelas dan bersama orang yang tidak jelas pula. Hingga pada akhirnya dia berada di lembah hitam ini, di daerah para lelaki hidung belang, yang lebih kita kenal sebagai daerah prostitusi. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai dirinya. Soal kenapa dia bisa terjerumus atau latar belakang ia memilih menjadi Kupu-kupu malam. Yang pasti, bagi dirinya telah Dua tahun berada disini. Mengenai sebab dan akibat telah lupa ia pikirkan. Dan kini hanyalah perkara bagaimana ia bisa terus menjalani hari-harinya, apa adanya, atau bahkan untuk sesuatu yang lebih besar dari sekedar untuk bertahan hidup.
“oh.. tidak apa-apa.. Rani.. loe temanin gue aja duduk disini.” Sahut dirinya, sembari meminta temannya itu untuk menemaninya.
Disini ia memiliki seorang teman akrab yang bernama Rani. Tidak jauh beda dari dirinya. Hanya saja, rani terlihat lebih pendek dari Cinta. Kira-kira kurang 20 Cm lah. Namun untuk masalah mengaet tamu sepertinya rani yang lebih agresif ketimbang cinta. Dengan postur sedikit mungil itu di tambah nada bicaranya yang memanja, alhasil banyak lelaki hidung belang yang terpincut olehnya. Meskipun job rani lebih banyak di bandingkan Cinta, namun sepertinya tak ada pertengkaran antara mereka. Terlihat, kemana-mana mereka selalu bersama. Bahkan ketika mereka hendak mencari makan keluar dari kawasan mereka. Emm.. pasti kalian heran, kenapa ana bisa tahu. He..he.. maklum.. Ana dan Ummi ana buka warung di luar wilayah mereka. terkadang mereka makan siang di sana.
“Ehmm.. gue lagi kerja.. mending loe gabung yuk.. kita ajojing..” Tukas Rani, dengan nada sedikit menolak ajakan Cinta. Sementara Cinta hanya diam sejenak, menaruh Rokok menthol yang ia hisap sedari tadi. Rokok yang sudah hampir habis.
Sembari melayangkan pandangan pada mereka yang sedang asyik mabuk di buai candu musik Remix di atas lantai disco. Pada lelaki yang mengenakan kemeja merah itu, lelaki yang kurus tinggi itu, lelaki yang separuh baya itu, atau pada beberapa orang wanita yang sejak tadi meliukan tubuhnya seperti ular menemani para lelaki hidung belang itu berjoget.
“Bersama mereka..?” Tanya cinta berusaha meyakinkan.
“Tentu saja, why not..? yuk gabung..” tegas rani, sembil berusaha menggandeng lengan cinta untuk mengajaknya ke lantai dansa.
“Ah.. malas ah.. gue lagi ga’ mood”
“Why.. kamu nggak biasanya bilang gitu.” Tanya rani, sembari dia turut menemani cinta duduk dalam satu meja. Tepat di hadapan cinta. Beberapa saat mereka diam. Rani yang memandang mata cinta lamat-lamat berusaha mengartikan makna air wajahnya. Yang terlihat lesu. Seperti ada masalah, atau mungkin lebih dari sekedar masalah.
“Jika loe ada masalah.. curhat sama gue.” Lanjut rani, mencoba untuk ingin lebih tahu. Perihal apa yang sedang di pikirkan oleh sahabatnya, cinta. Sambil ia tuangkan beer yang ada di hadapannya, tinggal setengah. Sisa dari menjamu tamu barusan. ia tuangkan seperempat saja pada gelas tumbler miliknya, dan akan menuangkan pula pada gelas milik cinta. Tapi sebelum ia menuangkannya, cinta buru-buru menolaknya. Dengan alasan dia sudah kenyang minum alkohol sejak tadi.
“Tidak usah ran.. gue udah kenyang..” jelas rani.
“Why.. Loe terlihat aneh malam ini” Tanya rani kembali meyakinkan.
“Mungkin..” jawab cinta pelan, kemudian tak bersuara untuk beberapa saat. Seolah-olah fokus mendengarkan. Sesuatu, seperti musik remik atau sesuatu yang lain. Melihat sikap temannya, Rani urung untuk melanjutkan pertanyaannya. Kembali melihat cinta. Dalam gu gu nya seperti ia kembali ingin mengucapkan sesuatu.
“Ran..”
“Yupz, apa cin.?”
“Apa Loe mendengar sesuatu.. musik lain.. lebih indah.” Tanya Cinta. Sebuah pertanyaan yang mungkin Rani anggap sebagai sesuatu yang tak logis. Sebuah pertanyaan aneh, yang jawabannya barang tentu anak kecil saja pasti bias menjawabnya.
“You crazy.. sudah jelas musik Disco lah.. Lady gaga. Favorit gue. “ jawab Rani, dengan nada sedikit ketus. Untuk menegaskan bahwa pertanyaan Cinta itu benar-benar aneh.
“Bukan musik ini Ran,, musik lain.. sepertinya lebih merdu. Sayup-sayup ku dengar itu. Tanpa irama yang menghentak.. bukan juga melayu.” Bantah Cinta pada statement rani barusan.
“Ah.. itu dari tetangga, saingan kita Cin.. loe tahu kalau wilayah ini lebih dari satu komplek, jadi ramai.. setiap Rumah memutar Musik remik, ya wajar kalau mungkin salah satunya ada yang lebih bagus. Tak usah kau pikirkan, yang penting kita tak kehilangan tamu.” Papar Rani.
“Bukan Ran… aku yakin akan hal itu.. ada musik lain, seperti.. ehmm.. gu..gue.. pernah mengenalnya, tapi.. gue lupa itu lagu apa..?”
Melihat Cinta yang barangkali sedikit melantur, rani berusaha mengajak cinta kembali untuk berjoget.
“Sudah ah.. dari pada loe mendengarkan musik yang ga’ jelas.. mending kita joget yuk..”
“Tidak mau Ran,, gue tidak mau,, gue masih penasaran dengan apa yang gue dengar.. gue mau lebih fokus untuk mendengrakannya, siapa tahu gue ingat..” tukas Cinta.
“Ya sudah.. nanti kalau sudah ingat.. panggil gue ya,, gue mau joget dulu.” Kata Rani, sembari berlalu menuju ke lantai dansa meninggalkan Cinta yang masih duduk berusaha mendengarkan musik merdu itu. Sementara Cinta sendiri, dengan kening berkerut tampak berusaha keras untuk mengingat sayup-sayup irama yang dia dengarkan itu. Hingga beberapa saat dia diam. Dan akhirnya, tiba-tiba dia beranjak dari tempat duduknya. Melompat hingga menjatuhkan kursinya. Mengagetkan orang sekitarnya. Buru-buru menghampiri Rani yang asyik berjoget bergabung bersama beberapa lelaki hidung belang itu. Menyeretnya untuk menjauh.
“Stoooppp.. stooopp… Are You crazy Cin.. loe apa-apaan sih main tarik-tarik segala” bentak Rani dengan nada emosi, yang merasa risih ketika di tarik oleh cinta.
“Gu…gue… gue sepertinya ingat Ran..” jelas Cinta dengan terbata-bata
“Iya apa..” Tanya Rani penasaran.
“Itu… sodoqollo..”
“What.. soddo apa..?”
“Soddoqqollo.. emm.. sod..”
“…” Rani mengkernyitkan keningnya karena bingung.
“Shadaqallah…”
“What’s your mean..?”
“Shadaqallahul ‘Azhim… iya.. benar..!!! itu adalah Shadaqallahul ‘Azhim..!! Ran..!! aku yakin..” Teriak Cinta merasa yakin, sementara Rani masih bingung dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu.
“Itu.. judul lagu Remik terbaru ya cin.. siapa composernya..?”
“Bukan… bukan lagu… itu.. itu.. ah.. kemari loe.. ikut gue..!!” bingung menjelaskannya, lagi-lagi Cinta menarik rani. Namun kali ini keatas. Menuju ke lantai atas. Dek belakang rumah. Dari atas mungkin akan lebih jelas terdengar. Meski masih kalah oleh suara dentuman-dentuman musik disco dari lantai bawah. Rani yang tak bisa mengikuti langkah Cinta beberapa kali hampir terjatuh ketika menaiki tangga. Sesampai di de katas barulah Cinta merasa benar-benar yakin dengan apa yang di dengarnya.
“Nah.. itu tuh.. loe dengarkan..? itu suara orang ngaji di masjid kampung luar.. apa istilahnya.. emm… taradus.. eh.. tadarusan.. itu suara yang gue dengar sejak tadi” jelas Cinta pada rani.
“What… Are you sure..?!! Loe gila.. loe narik-narik gue ke atas ternyata untuk dengerin orang-orang kampung itu nyanyi kayak gitu..” tegas Rani yang merasa sedikit kecewa.
“Bukan nyanyi.. tapi ngaji..!!”
“Whatever..!! tapi intinya, Loe itu gila.. emang ada apa dengan mereka yang ngaji itu..?”
“Tidak tahu ran, hanya saja… di antara dentuman-dentuman musik disco yang keras itu, aku malah mendengar suara mereka tadarusan.”
“You Crazy..!!” bentak Rani.
“Tapi bukankah indah lantunannya..?” desis Cinta berusaha meyakinkan sahabatnya.
“Itu menurut Loe… Gue tidak.. udah ah..!! Gue kebawah lagi.. kulihat Mas Juki yang tinggi itu sepertinya mau Booking gue.. lumayan kan.. loe ikut ga’..?
“Tidak.. gue lagi tidak mood.. gue disini saja.” Tolak Cinta.
“Aneh.. gara-gara hanya dengar orang ngaji, loe jadi kayak gitu.. ya sudah.. gue tinggal dulu ya.. amm.. tapi gimana kalau ntar ada yang mau tidur ama loe.. loe gue panggil ya.”
“Ga’ usah.. loe ambil saja semua..” timpal Cinta dengan nada datar.
“Ya sudah.” Jawab rani sembari meninggalkan cinta sendiri di dek lantai atas. Sendirian. Penasaran dan kian mendalam rasa penasaran itu. Ingin menikmati lebih dalam lantunan suara Al-quran yang terdengar. Cinta pejamkan matanya, mencoba mendengar lebih tajam lantunan itu. Semakin tajam, hingga ledakan-ledakan musik remik malah tak terdengar di telinganya. Hanya suara lantunan al-quran saja yang terdengar.
“Ternyata.. dari atas sini.. lantunan itu semakin indah…” desis nya dalam hati.
Dulu. Ketika masih di kampung halamannya. Entah sudah berapa lama masa itu berlalu. Dia pernah melantunkan lantunan itu. Lantunan yang kini ia dengarkan. Dengan begitu hikmat. Penuh dengan kerinduan yang dalam menusuk ke relung hati terdalam. Pada saat ini. Pada malam ini. Ketika tubuh telah terbalut oleh maksiat. Ketika hati telah berkarat oleh dosa.
Dan dalam kerinduan itu pula, jiwa itu kini menangis.
Dalam diamnya, cinta menangis..
Air matanya terjatuh, bersama bunyi lantunan AL-quran. Dimalam ini.
Jambi, 30 Juli 2013


1 komentar:

  1. botol mengatakan...

    AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
    Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
    Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
    Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)

Posting Komentar