#CINTA'S SONG
“There
ain't no reason you and me should be alone
Tonight,
yeah, baby! (Tonight, yeah, baby!)
And
I got a reason that you're who should take me home tonight (Tonight)
I
need a man that thinks it's right when it's so wrong
Tonight,
yeah, baby! (Tonight, yeah, baby!)”
…
Dentuman
irama Lady Gaga versi fullhouse menghentak ruangan 10 x 30 meter malam ini.
Cukup luas untuk menari disco ala retro pada ubin berlantai semen yang sedikit
retak dan bolong pada dua sudut di depannya. Sambil berjingkrak bak kesetanan
namun tetap asyik kata mereka. Meski akal sehat harus disimpan sementara di
antara botol-botol whiskey dan ceper di atas meja. Yang penting terus On
terbuai irama satu dan dua musik remik. Semakin tinggi karena pengaruh pil
koplo yang sejak tadi mereka konsumsi.
“Hajaaarr
terus… ga’ naik ga’ asyik bro..!!!” Teriak salah satu pengunjung disana.
Istilah naik bukan naik yang sesungguhnya, namun naik adalah perumpamaan baku
yang di gunakan oleh orang-orang pecinta musik house untuk menegaskan bahwa
mereka begitu menikmati musik tersebut. Terlalu jauh larut kedalamnya. Atau
yang lebih awam di kenal sebagai
_dugem
tingkat berat_
Lebih
karena pengaruh pil koplo atau obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
sabu, dan jenis narkoba yang lain.
Suasana
seperti ini sudah menjadi hal biasa disini. Di kawasan yang di hardik banyak
orang. Orang-orang yang mengaku beriman, meski pada tingkatan taqliq atau
ikut-ikutan. Di kawasan yang di kecam oleh mereka yang mengaku beriman, meski
terkadang menghalalkan yang haram. Di kawasan yang di juluki sebagai daerah
hitam, meski yang memberi julukan terkadang maksiat masih jalan.
Ya..
inilah kawasan prostitusi. Kawasan pelacuran. Kawasan yang kata mereka mengaku
beriman sebagai lembah hina, namun ketika menjelang malam beberapa ada yang
datang.
Lalu
sejak lama kenapa tidak di hentikan. Atau setidaknya di peringatkan. Usir atau
bahkan diledakkan. Bukankah telinga dan mulut yang mengatakan demikian telah
tersumbat. Oleh uang-uang retribusi para pelacur, yang mereka pungut untuk kas
daerah sebagai alasan. kemudian dimanakah suara yang sejak dahulu lantang ingin
menertibkan. Apakah Kembali membisu.?, ya.. benar… semuanya akan kembali sunyi
selama mereka dalam keadaan kenyang.
“Kerasin
musiknya lagi dong..!!” teriak pengunjung lainnya. Seorang lelaki separuh baya.
Usia kira-kira empat puluh lima tahun. Sedang menikmati bahkan terlalu
menikmati candu musik mala mini. Semaikn menggila, dengan di temani berjoget
olah seorang wanita berpakaian sexy. Rok mini dan sepatu hak tinggi. Seperti
ular, meliukan tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Di antara tubuh lelaki
separuh baya itu.
Di
sebelahnya pula, seorang lelaki lain ikut berjoget. Berperawakan kurus dan
tinggi. Jeans ketat yang robekpada paha sebelah kirinya. Seperti Rock n’ roll
ketika memenangkan sebuah taruhan. Mengangkat tangan kanannya dengan
menggenggam sekaleng beer dingin. Terus kesetanan. Jauh di dalam alam bawah
kesadaraannya. Selalu berjingkrak, bersama iblis-iblis yang tertawa kegirangan.
Sementara
di sudut lain ruangan itu. Pada sebuah meja dan kursi dari jati. Duduk sendiri
seorang wanita muda. cantik dan sudah pasti sexy. Bagian dari mereka pula.
Berpostur kira-kira 170 cm, putih dengan tatanan rambut panjang lurus hingga
sebahu. hanya duduk dalam diam. terlanjur menikmati lamunannya sendiri, bersama
sebatang rokok menthol yang ia hisap sejak tadi. jauh dari hiruk pikuk suasana
discoutiq tempat ia berada sekarang.
“Cin,
ngapain loe melamun..?” tegur seseorang menghamburkan lamunannya. Seorang
wanita pula, menggunakan legging hitam ketat dan tanktop putih polos yang juga
ketat dengan potongan rambut bob.
Yups..
Nama wanita yang duduk sendiri tadi adalah Cinta Kharisma Puteri. Biasanya
teman-temannya atau orang sekitarnya memanggilnya cukup dengan Cinta. Seseorang
kelahiran Tuban 1987 itu entah kenapa bisa terdampar di daerah gersang seperti
tempat ini. Ceritanya tidak jelas. Pernah suatu ketika ia bercerita jika ia di
tipu oleh seorang lelaki yang mengajaknya kerja di sumatera. Pada mulanya ia
ingin di pekerjakan di Bandar lampung sebagai pegawai sebuah toko retail. Namun
keadaan berubah saat kenyataan perlahan mulai terkuak. Dirinya di ajak ke
daerah ini tanpa tujuan yang jelas dan bersama orang yang tidak jelas pula.
Hingga pada akhirnya dia berada di lembah hitam ini, di daerah para lelaki
hidung belang, yang lebih kita kenal sebagai daerah prostitusi. Tidak ada penjelasan
lebih lanjut mengenai dirinya. Soal kenapa dia bisa terjerumus atau latar
belakang ia memilih menjadi Kupu-kupu malam. Yang pasti, bagi dirinya telah Dua
tahun berada disini. Mengenai sebab dan akibat telah lupa ia pikirkan. Dan kini
hanyalah perkara bagaimana ia bisa terus menjalani hari-harinya, apa adanya,
atau bahkan untuk sesuatu yang lebih besar dari sekedar untuk bertahan hidup.
“oh..
tidak apa-apa.. Rani.. loe temanin gue aja duduk disini.” Sahut dirinya,
sembari meminta temannya itu untuk menemaninya.
Disini
ia memiliki seorang teman akrab yang bernama Rani. Tidak jauh beda dari
dirinya. Hanya saja, rani terlihat lebih pendek dari Cinta. Kira-kira kurang 20
Cm lah. Namun untuk masalah mengaet tamu sepertinya rani yang lebih agresif
ketimbang cinta. Dengan postur sedikit mungil itu di tambah nada bicaranya yang
memanja, alhasil banyak lelaki hidung belang yang terpincut olehnya. Meskipun
job rani lebih banyak di bandingkan Cinta, namun sepertinya tak ada
pertengkaran antara mereka. Terlihat, kemana-mana mereka selalu bersama. Bahkan
ketika mereka hendak mencari makan keluar dari kawasan mereka. Emm.. pasti
kalian heran, kenapa ana bisa tahu. He..he.. maklum.. Ana dan Ummi ana buka
warung di luar wilayah mereka. terkadang mereka makan siang di sana.
“Ehmm..
gue lagi kerja.. mending loe gabung yuk.. kita ajojing..” Tukas Rani, dengan
nada sedikit menolak ajakan Cinta. Sementara Cinta hanya diam sejenak, menaruh
Rokok menthol yang ia hisap sedari tadi. Rokok yang sudah hampir habis.
Sembari
melayangkan pandangan pada mereka yang sedang asyik mabuk di buai candu musik
Remix di atas lantai disco. Pada lelaki yang mengenakan kemeja merah itu,
lelaki yang kurus tinggi itu, lelaki yang separuh baya itu, atau pada beberapa
orang wanita yang sejak tadi meliukan tubuhnya seperti ular menemani para
lelaki hidung belang itu berjoget.
“Bersama
mereka..?” Tanya cinta berusaha meyakinkan.
“Tentu
saja, why not..? yuk gabung..” tegas rani, sembil berusaha menggandeng lengan
cinta untuk mengajaknya ke lantai dansa.
“Ah..
malas ah.. gue lagi ga’ mood”
“Why..
kamu nggak biasanya bilang gitu.” Tanya rani, sembari dia turut menemani cinta
duduk dalam satu meja. Tepat di hadapan cinta. Beberapa saat mereka diam. Rani
yang memandang mata cinta lamat-lamat berusaha mengartikan makna air wajahnya.
Yang terlihat lesu. Seperti ada masalah, atau mungkin lebih dari sekedar
masalah.
“Jika
loe ada masalah.. curhat sama gue.” Lanjut rani, mencoba untuk ingin lebih
tahu. Perihal apa yang sedang di pikirkan oleh sahabatnya, cinta. Sambil ia
tuangkan beer yang ada di hadapannya, tinggal setengah. Sisa dari menjamu tamu
barusan. ia tuangkan seperempat saja pada gelas tumbler miliknya, dan akan
menuangkan pula pada gelas milik cinta. Tapi sebelum ia menuangkannya, cinta
buru-buru menolaknya. Dengan alasan dia sudah kenyang minum alkohol sejak tadi.
“Tidak
usah ran.. gue udah kenyang..” jelas rani.
“Why..
Loe terlihat aneh malam ini” Tanya rani kembali meyakinkan.
“Mungkin..”
jawab cinta pelan, kemudian tak bersuara untuk beberapa saat. Seolah-olah fokus
mendengarkan. Sesuatu, seperti musik remik atau sesuatu yang lain. Melihat
sikap temannya, Rani urung untuk melanjutkan pertanyaannya. Kembali melihat
cinta. Dalam gu gu nya seperti ia kembali ingin mengucapkan sesuatu.
“Ran..”
“Yupz,
apa cin.?”
“Apa
Loe mendengar sesuatu.. musik lain.. lebih indah.” Tanya Cinta. Sebuah
pertanyaan yang mungkin Rani anggap sebagai sesuatu yang tak logis. Sebuah
pertanyaan aneh, yang jawabannya barang tentu anak kecil saja pasti bias
menjawabnya.
“You
crazy.. sudah jelas musik Disco lah.. Lady gaga. Favorit gue. “ jawab Rani,
dengan nada sedikit ketus. Untuk menegaskan bahwa pertanyaan Cinta itu
benar-benar aneh.
“Bukan
musik ini Ran,, musik lain.. sepertinya lebih merdu. Sayup-sayup ku dengar itu.
Tanpa irama yang menghentak.. bukan juga melayu.” Bantah Cinta pada statement
rani barusan.
“Ah..
itu dari tetangga, saingan kita Cin.. loe tahu kalau wilayah ini lebih dari
satu komplek, jadi ramai.. setiap Rumah memutar Musik remik, ya wajar kalau
mungkin salah satunya ada yang lebih bagus. Tak usah kau pikirkan, yang penting
kita tak kehilangan tamu.” Papar Rani.
“Bukan
Ran… aku yakin akan hal itu.. ada musik lain, seperti.. ehmm.. gu..gue.. pernah
mengenalnya, tapi.. gue lupa itu lagu apa..?”
Melihat
Cinta yang barangkali sedikit melantur, rani berusaha mengajak cinta kembali
untuk berjoget.
“Sudah
ah.. dari pada loe mendengarkan musik yang ga’ jelas.. mending kita joget yuk..”
“Tidak
mau Ran,, gue tidak mau,, gue masih penasaran dengan apa yang gue dengar.. gue
mau lebih fokus untuk mendengrakannya, siapa tahu gue ingat..” tukas Cinta.
“Ya
sudah.. nanti kalau sudah ingat.. panggil gue ya,, gue mau joget dulu.” Kata
Rani, sembari berlalu menuju ke lantai dansa meninggalkan Cinta yang masih
duduk berusaha mendengarkan musik merdu itu. Sementara Cinta sendiri, dengan
kening berkerut tampak berusaha keras untuk mengingat sayup-sayup irama yang
dia dengarkan itu. Hingga beberapa saat dia diam. Dan akhirnya, tiba-tiba dia
beranjak dari tempat duduknya. Melompat hingga menjatuhkan kursinya.
Mengagetkan orang sekitarnya. Buru-buru menghampiri Rani yang asyik berjoget
bergabung bersama beberapa lelaki hidung belang itu. Menyeretnya untuk menjauh.
“Stoooppp..
stooopp… Are You crazy Cin.. loe apa-apaan sih main tarik-tarik segala” bentak
Rani dengan nada emosi, yang merasa risih ketika di tarik oleh cinta.
“Gu…gue…
gue sepertinya ingat Ran..” jelas Cinta dengan terbata-bata
“Iya
apa..” Tanya Rani penasaran.
“Itu…
sodoqollo..”
“What..
soddo apa..?”
“Soddoqqollo..
emm.. sod..”
“…”
Rani mengkernyitkan keningnya karena bingung.
“Shadaqallah…”
“What’s
your mean..?”
“Shadaqallahul
‘Azhim… iya.. benar..!!! itu adalah Shadaqallahul ‘Azhim..!! Ran..!! aku
yakin..” Teriak Cinta merasa yakin, sementara Rani masih bingung dengan apa
yang dikatakan sahabatnya itu.
“Itu..
judul lagu Remik terbaru ya cin.. siapa composernya..?”
“Bukan…
bukan lagu… itu.. itu.. ah.. kemari loe.. ikut gue..!!” bingung menjelaskannya,
lagi-lagi Cinta menarik rani. Namun kali ini keatas. Menuju ke lantai atas. Dek
belakang rumah. Dari atas mungkin akan lebih jelas terdengar. Meski masih kalah
oleh suara dentuman-dentuman musik disco dari lantai bawah. Rani yang tak bisa
mengikuti langkah Cinta beberapa kali hampir terjatuh ketika menaiki tangga.
Sesampai di de katas barulah Cinta merasa benar-benar yakin dengan apa yang di
dengarnya.
“Nah..
itu tuh.. loe dengarkan..? itu suara orang ngaji di masjid kampung luar.. apa
istilahnya.. emm… taradus.. eh.. tadarusan.. itu suara yang gue dengar sejak
tadi” jelas Cinta pada rani.
“What…
Are you sure..?!! Loe gila.. loe narik-narik gue ke atas ternyata untuk dengerin
orang-orang kampung itu nyanyi kayak gitu..” tegas Rani yang merasa sedikit
kecewa.
“Bukan
nyanyi.. tapi ngaji..!!”
“Whatever..!!
tapi intinya, Loe itu gila.. emang ada apa dengan mereka yang ngaji itu..?”
“Tidak
tahu ran, hanya saja… di antara dentuman-dentuman musik disco yang keras itu,
aku malah mendengar suara mereka tadarusan.”
“You
Crazy..!!” bentak Rani.
“Tapi
bukankah indah lantunannya..?” desis Cinta berusaha meyakinkan sahabatnya.
“Itu
menurut Loe… Gue tidak.. udah ah..!! Gue kebawah lagi.. kulihat Mas Juki yang
tinggi itu sepertinya mau Booking gue.. lumayan kan.. loe ikut ga’..?
“Tidak..
gue lagi tidak mood.. gue disini saja.” Tolak Cinta.
“Aneh..
gara-gara hanya dengar orang ngaji, loe jadi kayak gitu.. ya sudah.. gue
tinggal dulu ya.. amm.. tapi gimana kalau ntar ada yang mau tidur ama loe.. loe
gue panggil ya.”
“Ga’
usah.. loe ambil saja semua..” timpal Cinta dengan nada datar.
“Ya
sudah.” Jawab rani sembari meninggalkan cinta sendiri di dek lantai atas.
Sendirian. Penasaran dan kian mendalam rasa penasaran itu. Ingin menikmati
lebih dalam lantunan suara Al-quran yang terdengar. Cinta pejamkan matanya,
mencoba mendengar lebih tajam lantunan itu. Semakin tajam, hingga ledakan-ledakan
musik remik malah tak terdengar di telinganya. Hanya suara lantunan al-quran
saja yang terdengar.
“Ternyata..
dari atas sini.. lantunan itu semakin indah…” desis nya dalam hati.
Dulu.
Ketika masih di kampung halamannya. Entah sudah berapa lama masa itu berlalu.
Dia pernah melantunkan lantunan itu. Lantunan yang kini ia dengarkan. Dengan
begitu hikmat. Penuh dengan kerinduan yang dalam menusuk ke relung hati
terdalam. Pada saat ini. Pada malam ini. Ketika tubuh telah terbalut oleh
maksiat. Ketika hati telah berkarat oleh dosa.
Dan
dalam kerinduan itu pula, jiwa itu kini menangis.
Dalam
diamnya, cinta menangis..
Air
matanya terjatuh, bersama bunyi lantunan AL-quran. Dimalam ini.
Jambi,
30 Juli 2013
AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)