Ko Jeena
Langit perlahan-lahan mulai
menyembunyikan mega nya.
Jingga nya laguna awan lambat laun di gantikan oleh kelam. Terdengar pula surau-surau di sekitar yang garang meneriakan adzan. adzan maghrib. Suara seruan untuk kembali pada kalam.
Jingga nya laguna awan lambat laun di gantikan oleh kelam. Terdengar pula surau-surau di sekitar yang garang meneriakan adzan. adzan maghrib. Suara seruan untuk kembali pada kalam.
Sungguh merdu memang bak lantunan
syair jiwa pengikat hati. Menggetarkan nurani para insan disini yang mayoritas
buruh, pedagang, dan para pelacur.
“ Amaaakk… buka.. buka…!!!
Cendolnya mana..?!!” teriak seorang anak kecil yang gembira menyambut berbuka
puasa. Puasa tahun pertamanya. Meski harus di bujuk rayu dengan membelikan
sepeda agar dia full puasa. Sepeda bekas tak apa-apa, asalkan dia tak tahu.
Saat ini memang sedang bulan
puasa. Bulan ramadhan. Bulan penuh berkah dan ampunan. Sama seperti di tempat
kalian. Insyaallah ramadhan juga mampir disini. Di suatu tempat terasingkan,
tempatnya para lelaki hidung belang. Dan tempat membeli tiket ke neraka kata
mereka. Namun disini adalah lahan basah. Untuk memetik dukungan, bagi para
calon pemimpin yang membutuhkan banyak suara. Yang katanya mereka baik-baik di
kala di depan kamera, saat memperbaiki tampilan citra.
“Nak.. buka dulu..” panggil ibuku
menghentikan kegiatanku sore itu. Mengangkat air. Untuk berwudhu.
Maklum, mesin air kami kerap
mati. Mungkin karena sudah uzur, mesti di ganti. Tapi apa boleh buat, uang
tidak ada. Makanya mesin butut itu tetap di paksa untuk menyala. Apapun caranya.
“iya bu.. ini ember terakhir..”
sembari kuletakan pikulan air itu di kamar mandi kami yang hanya seukuran 1x2
meter. Sesuai dengan kondisi kontrakan kami. Murahan. Karena terbuat dari kayu.
“Alhamdulillah.. masak apa bu,?”
“seperti kemarin.. mendoan, tapi
ada tambahannya nak.. tadi ibu RT kasih kita rebusan talas.. alhamdulillah,
kita mesti bersyukur.”
“subhanallah.. selalu mau
repot-repot beliau” decak kagumku pada beliau.
Memang teramat baik ibu RT kali
ini. Beberapa kali keluargaku diajukan untuk bisa mendapatkan bantuan Raskin
beras bulog. Beliau memang gambaran pemimpin wanita yang hebat. Satu-satunya RT
wanita di kelurahan kami. Sekedar melanjutkan perjuangan sang suami yang tidak
bisa mencalonkan lagi karena sudah 3 dekade memimpin desa kami. Akhirnya beliau
yang turun tangan. Dan warga pun juga menaruh harapan yang besar padanya.
Seorang pemimpin berbudi baik dan sederhana.
Bukti sederhananya beliau, pada
suatu ketika sisa beras bulog ibuku di beli beliau. Karena kehabisan beras.
Ketika di Tanya ibuku kenapa tidak beli beras layak saja. Jawabnya karena dia
ingin merasakan beras yang dimakan oleh warganya. Tak ada uang untuk beli beras
mahal seperti orang-orang berada lainnya. Padahal jika dilihat sejenak rumah
beliau besar. Usahanya lancar. Mustahil tidak mampu untuk beli beras mahal.
“bu.. mana adik,.?” Tanyaku
ketika tak kulihat adik semata wayangku.
“dia kerumah bapak tadi.. minta
uang 2000 rupiah untuk ongkos kesana.” Papar ibuku.
Ya.. kami sekeluarga hanya
bertiga tinggal di kontrakan kecil ini. Aku, ibuku, dan adikku. Loh.. bapakku
mana, tadi ibu bilang kan adik kerumah bapak. Begini.. sudah 3 tahun ibu dan
bapakku bercerai. Mereka kini punya kehidupan bahagia masing-masing. Bapak dan
istri barunya, sementara ibu tetap tegar menjaga kami anak-anaknya. Insyaallah
aku inigin senantiasa menjaga ibu.
“ohh.. gitu ya bu,” sembari aku
mengunyah talas rebus untuk ta’jil menjelang maghrib. Dan ibu terlihat sibuk
pula menenggak teh manis yang ia buat dua gelas. Satu untuknya dan satu lagi
untukku.
“nak.. siapa di luar sana,.?”
Tanya ibuku memecahkan konsentrasiku pada talas yang ku makan.
Segera ku lemparkan pandanganku
ke luar pintu, pada sebuah bangku warung kami. Terlihat seorang wanita tinggi,
lumayan cantik lah.. mengenakan rok mini. Sexy kata anak masa kini. Dia duduk
di warung kami setelah jalan dari gang depan kompleks. Mungkin singgah.
“Ah.. itu orang dalam bu.”
Jawabku dangan nada datar. Yang kumaksud orang dalam adalah pelacur di dalam
kawasan kompleks prostitusi. Sebuah kawasan yang di kenal akrab sebagai “pucuk”
.
Kami jualan di kawasan itu. Jual
gorengan kalau malam.
“mungkin dia hanya singgah..”
tambahku.
Namun terlihat dia menoleh ke
arah kami yang sedang berbuka puasa. Seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku ingin
pesan gorengan, seperti itu.
“coba dekati.. Tanya ada perlu
apa,?” pinta ibuku.
Tentu saja aku sedikit risih.
Pada jam saat orang ingin sholat maghrib, mereka datang. Apa tidak ada waktu
lain. Pikirku dalam hati. Namun bagaimanapun juga, itu adalah pinta ibuku.
Harus ku turuti.
Perlahan ku dekati, dan kutanya.
“maaf mbak.. ini sudah maghrib.. mbak ingin apa ya.?”
“maaf mbak.. ini sudah maghrib.. mbak ingin apa ya.?”
Seperti dia enggan untuk
menjawab. Melihatku sejenak, dan kembali tertunduk.
“Mbak..” desisku seperti
menegaskan.
Meski dengan sedikit ragu, dia
berkata.
“Boleh saya minta air minum mas,. Air putih tak apa lah..” jawabnya dengan pelan.
“Boleh saya minta air minum mas,. Air putih tak apa lah..” jawabnya dengan pelan.
“Air.?”
“Iya mas, hari ini saya puasa,
saya menahan tidak makan dan minum dari pagi hingga petang ini.”
Glek.. begitu bingung pikiranku
bercampur tanda Tanya besar. Di aduk dalam satu bejana berisi banyak algoritma
yang memusingkan. Karena begitu tidak percayanya atas apa yang dia katakan.
Pelacur.. puasa..?.
Segera aku masuk kedalam rumah
dan menghampiri ibuku. Ku ceritakan pada beliau mengenai perihal yang kudengar
barusan. Ingin ku beberkan berbagai statement pada ibuku. Namun ibuku
menahanku, sembari berkata.
“ambilkan air minum untuknya, dan
setalah itu kamu pergilah untuk sholat”
Ku ikuti permintaan ibuku, ku
ambilkan segelas teh hangat yang ibuku buatkan tadi padaku untuknya. Setelah
itu buru-buru aku ambil wudhu untuk menunaikan ibadah sholat maghrib seraya
meninggalkannya sendiri. Di bangku warung kami.
Beberapa saat kemudian, setelah
ku usai sholat maghrib. Ku intip keluar lewat jendela, dan tak kudapati lagi
wanita tadi.
Kutanya pada ibuku,
“bu.. apakah mungkin amal ibadahnya di terima Allah”
“bu.. apakah mungkin amal ibadahnya di terima Allah”
Hanya tersenyum ibuku
menjawab,”Wallahu a’lam, hanya Allah yang tahu nak.”
“Yang mesti engkau pahami, Allah
itu milik semua orang.. apakah mau baik atau jahat orang itu. Asalkan orang itu
ikhlas untuk kembali pada Allah.. insyaAllah nak.. sebaik-baiknya tempat
kembali hanya Allah tempat kembali.” Terang ibuku.
Aku tersenyum simpul pada
penjelasan ibuku barusan. Sambil terus menerka-nerka, tentang apa yang ingin
Allah putuskan. Untuk dia. Apakah dia akan kembali pada Allah, atau dia kembali
lagi ketika malam semakin sunyi. Untuk menjajakan jualannya pula. Pada lelaki
hidung belang itu.
“Waalahu a’lam”
Jambi, 22 Juli 2013
Jambi, 22 Juli 2013
AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877