Ko Jeena
Saya ingat betul, ketika masih
bekerja di tempat lama. Atasan saya selalu saja mengingatkan kepada saya akan
pentingnya “keluar dari zona nyaman.” Tidak terlalu menggubris maksudnya kala
itu, intinya dia ingin yang terbaik untuk seluruh karyawannya. Termasuk Saya.
Meskipun dibenak masih saja sulit untuk hilangkan prasangka, jika itu hanya
akal-akalan atasan agar kami (karyawannya) bisa memberikan Loyalitas tinggi
dengan perbandingan kesejahteraan rendah. Ketika seorang karyawannya ingin atau
akan dimutasikan ke bagian paling tidak menyenangkan dengan konsekuensi gaji
sama seperti sebelumnya. Tapi itu hanya sebatas prasangka.
Betulah
kiranya jika dibutuhkan Pemikiran jernih dan positif untuk menanggapi dan
membedah setiap perkataan. Tidak perduli siapapun yang katakan, pasti
terkandung unsur kebaikan bila kita bisa mendengarnya sejernih hati dapat
merasakan. Begitupun dengan setiap perkataan yang dilontarkan atasan saya
terdahulu. Tidak serta merta yang dia katakan hanya untuk kepentingan dirinya
dan memperlancar hasratnya tanpa memikirkan dampak negatif yang akan ditanggung
oleh seluruh karyawannya. Diselip itu pasti ada pula saripati kebaikan yang
dapat kita cerna.
“Jika kamu ingin Sukses, maka
mulai detik ini keluarlah dari zona nyamanmu.” Ucap atasan Saya ketika hendak
memutasi saya ke luar kota.
Bisa bayangkan, bagaimana
dongkolnya Saya waktu itu. Ketika harus ambil keputusan untuk berpisah dari
keluarga dan harus memenuhi tugas untuk dinas di luar kota. Bukan sehari dua
hari, namun selama saya mampu hingga saya katakan “Menyerah” dengan menyodorkan
surat Resign.
Kejadian itu dulu, sebelum Saya
bekerja di tempat saat ini. Saat Saya menilai rangkaian kata “keluar dari zona
nyaman” itu hanya sebuah penghibur untuk hati ketika perusahaan ingin
menunggangi. Namun kini berbeda. Pikiran saya perlahan terbuka. Kalimat pendek
itu pasti memiliki makna dalam lebih dari sekedar “Loyalitas” belaka. Dan kini
mari coba kita dedah sebagian kecilnya saja.
Saya akui, memang benar jika untuk
mendapatkan suatu kesuksesan dalam bidang apapun kita harus keluar dari zona
nyaman itu sendiri. Saya katakan! Tidak mungkin seseorang akan berhasil dalam
menuju suatu hal apapun jika sama sekali orang itu tidak memiliki tekad untuk
keluar dari lingkaran zona nyamannya. Banyak sekali yang sudah membuktikan jika
langkah awal kesuksesan ketika kita dapat keluar dari zona nyaman. Apapun
bidang profesi. Apapun tujuan akhir yang hendak dituju. Dan apapun pula
kesuksesan yang hendak diraih. Sebab kesuksesan itu sendiri memiliki definisi
berbeda bagi setiap individu. Termasuk kita
Zona nyaman itu berbahaya!
Benarlah jika Zona nyaman itu tak
ubahnya seperti rasa malas yang menumpuk bergunung-gunung ketika kita telah
terlanjur nyaman dan tenang dengan kondisi yang kita alami. Tidak ada lagi
tantangan hidup yang membuat hidup terasa bergelora saat zona nyaman itu telah
membelenggu. Tidak ada lagi prioritas dalam hidup seakan semua telah terlena
oleh waktu. Hilanglah setiap goal yang dirancang untuk kita tembus saat kita
telah kibarkan bendera putih tanda menyerah kepada rasa nyaman. Tidak ada lagi
hasrat membara. Dan tidak ada pula ritme yang memacu hidup lebih bermakna.
Coba bayangkan, saat ini. Sudah
berapa banyak anak-anak muda yang kehilngan rasa semangat berjuangnya padahal
umur masihlah sangat muda. Berapa banyak anak-anak muda yang luruh rasa
ikhtiarnya padahal jalan yang sesungguhnya belum lagi terlihat. Barapa banyak?
Pastilah sangat banyak orangnya. Ketika kita telah mensetting suatu
tujuan yang ingin dicapai, maka bergeraklah dengan semangat membara untuk
mewujudkannya. Saya berani katakan, jika seseorang terlanjur akrab dengan zona
nyamannya, maka dia tak ubahnya seperti zombi-zombi yang hidup pada dua garis
sama namun tak serupa. Hidup mereka monoton. Hidup mereka tak memberikan hasil
apapun yang dapat dikontribusikan kepada orang banyak. Karena mereka terlanjur
nyaman. Karena mereka telah menjadi banci diantara garangnya dunia lelaki.
Dunia ini keras! Dia kejam! Bagi setiap orang-orang yang bekerja keras.
Ingin Kaya! Maka Keluar Dari Zona
Nyaman
hal ini juga berlaku untuk Saya.
Ketika Saya telah menobatkan diri nyaman dengan beban dan tanggung jawab kerja
sekarang, maka saat itu anggaplah saya sudah mati. Tidak akan berhasil
seseorang jika hanya berkutat dengan dunia kerja yang membuat dia nyaman.
Bergegaslah! Keluar dari zona nyaman kita. Seorang karyawan tidak akan
dipandang oleh atasan sebagai karyawan berprestasi jika tak banyak hal yang ia
lakukan, sialnya itu membuat dia nyaman. Dia berpikir jika cukuplah kerjakan
apa-apa saja yang sudah tertera dalam Job Desk (lembar kerja) yang ia kerjakan.
Dia tak mau lagi menoleh ke kriri dan kanan untuk melakukan hal lain.
Jangankan untuk membantu Rekan
sejawat, melakukan tanggung jawabnya saja terkadang ia pilih-pilih dahulu untuk
yang akan dia kerjakan hari ini. Padahal jika tersedia waktu luang, bisa saja
dia kerjakan pekerjaannya untuk besok. Padahal jika ada waktu senggang, bisa
saja ia permudah langkah kerja untuk apa yang akan ia kerjakan esok. Karena dia
sudah akrab dengan zona nyaman ini, maka seolah apa yang akan ia lakukan adalah
“cukup-cukup” saja.
Lihat saja contoh lain ketika
seorang pekerja baru melamar lowongan kerja. Ketika dilihatnya ijazahnya adalah
hasil teluran universitas ternama, maka dia enggan untuk bekerja pada level
yang berada di bawah. Alasan gengsi jadi modal dasar sukses? It’s Impossible!
Cam kan itu!.
HRD : “Saudara Midun, benar Anda
melamar di perusahaan kami.?”
Midun : “Oh iya pak, saya
berharap diterima bekerja di sini.”
HRD : “jika saya lihat dari
Ijazah Anda sebagai lulusan Universitas A, anda memiliki nilai cukup tinggi.
Tapi masalahnya saat ini yang dibutuhkan masih sebatas operator Customer
Service, bagaimana?”
Midun : “...”
Jika kita menjadi tokoh bernama
Midun, apa yang akan kita lakukan. Jika asumsi Saya, maka seketika kita akan
menolak tawaran HRD itu, sembari berbisik dalam hati “Saya bisa mencari
pekerjaan yang lebih baik.” Bagaimana dengan Anda?
Sebenarnya, pikiran gengsi
seperti itulah yang harus kita hilangkan. Sebagaimana kiat kita agar keluar
dari zona nyaman itu sendiri sangat sesuai dengan hukum dasar kesuksesan dalam
berkarir. Kita tidak akan dapat melangkah ke anak tangga paling atas jika kita
tidak menapakkan kaki pada anak tangga paling bawah. Artinya, ketika kita
memutuskan untuk berkarir dalam perusahaan atau pekerjaan bidang apapun, maka
mau tak mau kita harus dapat keluar dari zona nyaman kita yang menginginkan posisi
enak ketika baru melamar kerja. Segala sesuatu harus dilakukan “step by step”
yakni dari bawah. Dengan kata lain, dari zona yang membuat kita sangat tidak
nyaman.
Begitupula jika kita seorang
pengusaha. Tidak akan dapat dagangan kita laris terjual jika kita tidak
bersakit-sakit untuk memasarkannya ke konsumen. Apapun jenis usaha kita. Apakah
itu kuliner, sandang, properti, hiburan, dan lain sebagainya, kita memerlukan
usaha yang cukup keras untuk membuat roda usaha itu berputar. Bukankah begitu
miris jika kita memilki suatu bidang usaha namun kita hanya berduduk-duduk ria
menunggu pelanggan yang menghampiri kita. Meski sesabar apapun kita,
hingga lebaran monyet sekalipun kita tidak akan menyamai orang lain yang sejak
awal telah keluar dari zona nyamannya.
“beriktiarlah yang keras dan
berdoalah yang khusuk”
Semua itu tidak akan dapat kita
lakukan jika kita masih saja berleha-leha dalam zona ternyaman milik kita.
Hubungan Dengan Allah, Perlukah
Keluar Dari Zona Nyaman?
Dengan tegas, kukatakan iya!.
Tidak hanya bekerja dan berwirausaha kita harus keluar dari zona Nyaman,
beribadahpun harus juga. Karena hakekat ibadah itu tidak hanya Sholat dan
Mengaji saja, tapi banyak yang lainnya. Bekerja adalah ibadah, jika kita terus
berada di zona nyaman kita, bagaimana bisa kita serius bekerja. Habbluminannass
(hubungan sesama manusia) adalah beribadah juga, jika kita tidak dapat keluar
dari zona nyaman kita, maka membudayalah kepada kita akan pola pikir tidak
pentingnya bersosialisasi terhadap sesama. Dan juga jutaan ibadah lainnya
seperti dakwah, puasa, menuntut ilmu, dan berbagai ibadah yang takkan mungkin
disebutkan satu-persatu.
Apakah dapat kita pikirkan ketika
seseorang yang ingin mendirikan Qiyamul lail namun dia masih terlena dengan
zona nyaman tidur malamnya. Jika kita tidak paksakan keluar dari zona itu, maka
sekuat apapun keinginan kita untuk mendirikan qiyamul lail takkan dapat
terbangun ketika tiba waktunya.
Ketika kita bertekad untuk
melaksanakan “On Day One Juz (ODOJ)” apakah dapat terlaksana jika kita sedikitpun
tak memaksakan diri dengan kebiasaan baru, untuk keluar dari zona nyaman saat
waktu senggang menyia-nyiakan waktu itu. Ketika kita bertekad untuk berpuasa
daud, atau paling tidak senin kamis, mungkinkah dapat terwujud jika tidak
bersusah payah keluar dari zona nyaman saat kita terlalu manja untuk mengerem
sedikit pola makan. Bagaimana dengan Haji bagi yang mampu? Bisakah terlaksana
tanpa kita berpeluh-peluh menabung untuk mewujudkannya.
Berdakwah di jalan Allahpun
demikian. Lihatlah kepada saudara-saudara kita yang berada di daerah konflik.
Mereka berdakwah hingga mengorbankan seluruh harta benda dan nyawa. Demi
bertujuan untuk memuliakan agama Allah di bumi ini, agar Islam tetap berdiri
kokoh di dunia ini. Agar panji-panji Allah dapat terus berkibar mengangkasa
selimuti penjuru alam ini. Hingga satu titik berpulang yang mereka nanti.
Syahid di jalan Allah. Bayangkan jika mereka tetap bersikukuh dengan zona
nyaman mereka, apakah bisa kita bayangkan Islam akan menjadi apa di belahan
bumi bagian timur sana. Lalu bagaimana dengan kita, bisakah kita menegakkan
panji Allah jika kita tidak memaksakan kaki, tangan, dan seluruh raga kita agar
terlepas dari belenggu zona nyaman. Sampai kita berdarah-darah sekalipun akan
tetap memperjuangkan Agama Allah. Jika saja kita mau keluar dari belenggu itu.
Zona nyaman.
Ibadahpun harus kita barengi
tekad yang kuat, disamping kesadaran kita mengenai kodrat kita sebagai manusia
hamba Allah. Dan semua itu tak akan terwujud, memang. Tanpa adanya upaya untuk
melangkahkan niat yang tulus agar dapat keluar dari zona nyaman itu sendiri.
Ilmu Tak Didapat, Jika Kita Tidak
Keluar Dari Zona Nyaman
Jadilah pelajar dan Pengajar yang
berhasil keluar dari kungkungan Zona nyaman. Sebagaimana pepatah lama
mengatakan “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.” Pepatah itu bukankah
mengajarkan kita secara tak langsung untuk keluar dari zona nyaman. Karena
pepatah itu menganalogikan semangat kita yang membara untuk menuntut ilmu meski
ribuan mil jarak yang akan kita tempuh. Hal itu tak akan terwujud pula tanpa
kesadaran untuk keluar dari zona sial itu.
Jika kita seorang pelajar yang
tahu akan pentingnya Ilmu pengetahuan, maka sudah selayaknya kita harus bekerja
keras dengan belajar sungguh-sungguh. Cara ampuh awalnya sebagai penggebrak
ialah mendobrak kebiasaan malas itu sendiri, karena rasa malas itu seperti buah
dari rerimbunan zona nyaman yang kita miliki. Ingin dapat nilai bagus, maka
segeralah! Bangkit untuk belajar. Tegakkan kepalamu dari godaan bantal tempat
tidurmu. Duduk! Tegakkan punggungmu! Ambil buku! Dan bacalah!. Seorang pelajar
yang berhasil menjadi juara kelas atau menjadi mahasiswa terbaik bukanlah dia
yang terlena pada zona nyamannya, namun dia yang mau keluar dan mengalahkannya.
Sebagai pengajarpun sama.
Bayangkan kita adalah para murid dan siswa atau mahasiswa yang membutuhkan ilmu
dari kita. Jika kita enggan keluar dari zona nyaman kita bagaimana kita
memotivasi diri kita untuk dapat mentransfer ilmu kepada mereka. Kita butuh inovasi
pengajaran baru agar mereka tidak bosan, kita butuh metode pengajaran baru agar
mereka tidak jenuh. Oleh karena itu sebagai pengajarpun kita dituntut untuk
dapat bekerja keras demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan penerus
perjuangan dakwah itu juga. Agar tercipta sebuah generasi baru yang memegang
teguh hukum Allah sebagai jalan hidupnya. Itu semua tidak akan pernah tercapai
jika pengajarnya sendiri terlalu malas dan berlemah lunglai di dalam zona
nyaman miliknya.
Kesimpulan
Segala sesuatu itu membutuhkan
tekad dan kemauan yang keras untuk mencapainya. Dan langkah awal mewujudkannya
adalah dengan keluar dari zona nyaman itu sendiri. Ingatlah! Zona nyaman itu
berbahaya!. Karena daripadanya dapat timbul masalah dan penyakit hati lainnya.
Dari zona nyaman inilah cikal bakal masalah bakal terjadi. Sedapat mungkin kita
berbantah, hal itu pasti lambat laun akan terjadi. Maka segeralah! Kita keluar
dari Zona nyaman!
Kiatkan semangat kerja untuk
berkarya. Agar tercipta sebuah generasi dalam kehidupan yang harmoni.
Semoga bermanfaat.
memotivasi !
ah! blog milik Ibu yang lebih memotivasi. saya suka tulisan2 disana, he,
AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877