Ko Jeena,
Hidup itu seperti sebuah roda.
Benar, aku sama sekali tak menyangkalnya. Oleh karena itu sudah seharusnya kita
selalu optimis terhadap apapun yang terjadi dalam hidup kita. Apakah itu
masalah menghadang, rintangan menghalang, bahkan keindahan sekalipun harus kita
tanggapi dengan hati yang tenang. Selama hati kita lurus, mengalir saja seperti
air. Kita pasti akan terbawa kearah ngarai pada lembah yang indah, percayalah.
Seperti filosofi sebuah roda.
Selama roda itu berputar, kita tidak akan selamanya berada di bawah dan juga
tak selamanya kita berada di atas. Artinya, hidup kita itu seperti sebuah
siklus. Ketika ada suatu masalah atau cobaan datang menghampiri, maka jangan
pernah takut. Karena sesungguhnya cobaan itu bukanlah masalah yang datang untuk
selama-lamanya, dia hanya sementara hinggap pada kehidupan kita sebagai
pembelajaraan untuk kita. Sebagai penempah pribadi kita agar lebih siap dan
matang ketika tiba waktunya kita berada di sisi roda bagian teratas.
Namun tak berarti pula ketika
kita telah berada di atas, kita terlena dengan posisi kenikmatan setelah susah
payah kita terlepas dari belenggu masalah sebelumnya. Seolah-olah dengan
entengnya kita katakan, “badai telah berlalu.” Sekali lagi kita salah, badai
itu tidak datang hanya satu kali. Karena jelas filosofi roda itu telah ajarkan
kepada kita, bahwa kehidupan tak ubahnya seperti sebuah siklus. Cepat atau
lambat kita akan bertemu pada sisi roda yang terbawah kembali. Jika kita tidak
siap mental ketika berada di atas, maka sudah pastilah ini akan menjadi pukulan
yang telak.
Konyolnya, ketika seseorang
bertanya kepadaku. Pernah sekali dengan entengnya kujawab, “Jika kita sudah
berada di atas, ya usahakan saja roda itu berhenti berputar. Maka kita akan
terus berada di atas.” Itu jawabanku saat itu dengan rasa tak berdosa ketika
aku telat untuk tahu.
Analoginya, mari kita ibaratkan
diri kita menaiki sebuah sepeda. Apa yang terjadi jika kita berhenti dalam
waktu yang lama tanpa tertumpu pada suatu apapun di atas sepeda. Bukankah kita
malah akan terjerembab jatuh ke tanah. Seperti itulah kehidupan ini, ketika
kita memutuskan untuk berhenti melangkah maka sama saja engkau membanting
dirimu sendiri hingga berdebam ke lantai terdasar siklus kehidupan tadi.
Agar terjadi keseimbangan hidup,
seburuk apapun hidup atau seindah apapun yang sedang kita jalani, maka kita
harus tetap terus bergerak. Siklus itu berputar. Sama seperti sebuah roda pada
sepeda yang kita naiki tadi. Agar sepeda itu tetap seimbang, maka kita harus
tetap mengayuhnya kedepan. Terlepas dari cara kita mengayuh itu sendiri, cepat
atau lambat intinya sepeda harus bergerak.
We must go on!. Kesedihan dan
tangis yang kita alami hanya serupa kilatan cahaya, begitupula kesenangan dan
tawa pada kehidupan ini hanya seperti mozaik yang terlukis di atas pasir. Kapan
saja dapat terhembus oleh angin. Tak ada yang dapat kita banggakan di dunia
ini. Tidak ada yang abadi. Keindahan hanya sementara. Cobaan dan deritapun
sementara. Di dunia ini tidak ada satupun yang kekal, kecuali ketika kita telah
menandatangani sebuah kontrak keabadian di akhirat nanti. Untuk selamanya.
Semoga bermanfaat,
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877