Kisah Pilu, Cinta Zainab binti Muhammad dan Abul Ash ibn al-Rabi’
Ko Jeena
Mungkin kita semua pernah mendengar
tentang kisah Romeo Juliet. Bagaimana kisah mereka(?) tragis bukan. Tapi
sayangnya itu kisah hanya fiksi, hasil imajinasi pengarang novel kondang;
William Shakespeare. Kisah Romeo Juliet mampu membuat kita menitikkan air mata,
tersedu, bahkan sampai terisak tatkala kita merasakan pengorbanan Romeo dan
Juliet ini.
Tahukah kita, jika dalam Islam ada
kisah nyata tentang percintaan yang begitu mengharukan. Bahkan lebih
mengharukan dan mampu membuat kita meneteskan air mata lebih hebat daripada
kisah Romeo dan Juliet itu. Kisah nyata dan bukan fiksi hasil imajinasi belaka.
Benar-benar terjadi pada saat awal-awal Islam tersebar sebagai Agama Rahmatan
Lil Alamin. Pada saat Rasulullah masih hidup dan merasakan pahit getirnya
perjuangan untuk membesarkan Islam.
Kisah cinta yang begitu bergemuruh.
Antara bakti terhadap suami tercinta dan bakti terhadap Allah Subhannahu Wa
Ta’ala. Terbentang jarak dan waktu mengeja tentang arti kesabaran bahkan
keikhlasan. Penantian dan Do’a menjadi kalimat kalam atas bahasa langit yang
masih tersimpan. Begitu ironis, ketika pada akhirnya takdir cinta itu
dipertemukan dalam kematian yang mengharukan.
Inilah kisah hidup dan tak lekang
oleh waktu. Cinta sejati. Kisah putri pertama Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wassalam dari Istri tercinta beliau; Khadijah. Juliet itu bernama Zainab Binti
Muhammad.
Ketika Rasullullah masih berada di Makkah,
beliau menikahkan Zainab dengan seorang pemuda Quraisy bernama Abul Ash ibn
Rabi’. Seperti halnya Zainab sebagai putri tertua dari seorang wanita
terpandang di Mekkah kala itu; Khadijah, Abul Ash juga memiki status sosial dan
nasab terhormat. Bukan strata biasa bagi kalangan suku Quraisy saat itu.
Tak lama setelah wahyu turun kepada
Rasulullah untuk membawa ajaran Islam ke seluruh penjuru alam semesta, Zainab
menyatakan dirinya beriman terhadap agama yang dibawa ayahnya itu. Meskipun
Rasulullah mendapat tekanan yang begitu dahsyat dari kaum kafir Quraisy
termasuk pula kepada seluruh keluarganya, namun Zainab tetap bersikukuh hati
untuk beriman kepada Allah. Cobaan yang begitu besar senantiasa menerjang
keluarga Rasulullah. Termasuk kepada ke Dua adik Zainab; Ruqayyah dan Ummu
Kultsum, suami-suami mereka menceraikan mereka berdua dengan semena-mena
setelah mendengar Nabi Muhammad membawa ajaran baru di kalangan suku Quraisy.
Tetapi hal itu tak berlaku bagi Abul
Ash. Abul Ash sama sekali tak berbantah. Dia juga tidak menunjukan permusuhan
terhadap Zainab yang merupakan anak dari Nabi Muhammad; seseorang yang
dikucilkan dan dimusuhi oleh orang-orang Quraisy sebagaimana Utbah dan Utaibah
kepada Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Walaupun Abul Ash syirik dan tidak
mau sedikit pun menerima Islam, tetapi cintanya kepada Zainab sama sekali tidak
berubah. Masih meriak laksana ombak di tepi pantai. Dia tetap berlaku baik
terhadap Zainab, mencintainya setulus hati tanpa ada sedikitpun benci di
hatinya. Begitu pula dengan Zainab, ia tetap mencintai Abu Ash dan mengaguminya
serta tak henti mendoakan Abu Ash agar Allah memberikan hidayah kepadanya untuk
berada di pangkuan Islam.
Permusuhan kaum kafir Quraisy
terhadap Rasulullah dan ajaran Islam sudah melampaui batas. Hingga saat turun
perintah Allah agar Nabi Muhammad hijrah dan bertolak ke Madinah. Dalam
perjalanan hijrah itu Zainab tidak mengikuti ayahnya. Ia lebih memilih berbakti
kepada suaminya di Makkah. Ia bertahan di Makkah menjaga Abul Ash dan
menunjukan baktinya yang luar biasa kepada suaminya itu. Abul Ash juga tak
kalah perhatian terhadap Zainab, ia menjaga dan merawat Zainab dengan sepenuh
jiwa.
Bertahun-tahun, cinta mereka bertahan
dalam gelombang keimanan yang dasyat di Makkah. Zainab yang tanpa sosok ayahnya
lagi Rasul utusan Allah, tetap menjaga keimanan terhadap Allah di antara
riuhnya orang-orang yang memusuhi Islam kala itu. Sang suami meskipun Kafir
tetap melindungi Zainab dari perilaku-perilaku kaum Quraisy. Ia tetap
menghargai keimanan sang Istri, tanpa sedikitpun ia mengekang Zainab untuk beribadah
kepada Allah.
Suatu ketika,
Tatkala kaum Quraisy Makkah keluar
dalam ekspedisi Perang Badar untuk menaklukkan Islam, Abul Ash ikut serta di
dalamnya. Bersama mereka dia pongah dan berbulat hati untuk membasmi Islam.
Ditinggalkannya Zainab di Makkah dengan pikiran kalut berbalut emosi untuk
meluluh lantakan Islam dari muka bumi. Zainab terdiam di rumahnya yang sepi
tanpa kehadiran Abul Ash untuk bercurah kasih. Pikiran Zainab pecah terbagi. Di
satu sisi, ia mencemaskan ayahnya dan orang-orang muslim yang membela agama
Allah. Di sisi lain, ia takut sesuatu yang buruk menimpa suami tercintanya.
Begitu galau hatinya kala itu. Siapa lagi tempat mengadu tentang apa yang
dialami, jika bukan kepada Allah ia kembali.
Hari demi hari berlalu. Perang Badar
pun usai. Takdir langit menjawab. Zainab yang lemah tak berdaya diberikan
limpahan rahmat. Islam menang, sementara suaminya Abul Ash selamat meskipun
tertawan. Demi dzat yang menciptakan langit dan bumi, lega lah hati dan
perasaan Zainab saat itu.
Satu persatu orang-orang musyrik
mengirimkan utusan untuk menebus keluarganya yang ditawan umat Islam di
Madinah. Tetapi, karena keterbatasan harta Zainab tidak punya apa-apa untuk
menebus suaminya. Ia kembali terdiam. Seketika rasa sedih kembali menggelayut
di hati. Dengan apa ia harus menebus, jika satu-satunya harta yang ia miliki hanyalah
kalung peninggalan ibunya; Khadijah. Kalung itu diberikan kepada Zainab sebagai
hadiah saat ia menikah bersama Abul Ash dulu. Zainab sadar jika kalung itu
sangat berharga bukan karena nilainya, tapi kisah yang tersemat di dalamnya.
Tentang ibunda tercinta. Namun kecintaannya terhadap suami mampu memudarkan
kenangan indah di balik kalung pemberian Khadijah itu.
Maka, ia utuslah beberapa orang
kerabat Abul Ash untuk menemui sang Nabi, yakni ayahnya sendiri. Tatkala nabi
melihat kalung tebusan untuk Abul Ash yang dibawa oleh utusan itu ia
terperanjat. Nabi bergeming menatap kalung itu. Ia segera mengenali jika kalung
itu adalah kalung peninggalan istrinya dulu. Setiap lekukan dan ukirannya masih
jelas, seolah-olah kenangan itu kembali hidup di hadapan Nabi. Hati berdebar,
air mata menetes perlahan membasahi pipi. Kalung itu sungguh memijarkan pelangi
kenangan. Begitu terang masa lalu itu. Seolah membawa beliau menyusuri
hari-hari lalu penuh cinta bersama Khadijah.
Nabi tidak ingin mencabut kenangan
indah itu dari putrinya; Zainab. Tetapi, beliau juga tidak ingin mencabut hak
prajurit atas harta rampasan (Ghanimah). Maka diungkapkanlah isi hati beliau
itu dengan tutur kata yang lembut dan memukau kepada prajurit-prajuritnya.
Beliau bersabda tanpa aksen memerintah ataupun mengharuskan, “Kalau tidak
keberatan, kalian serahkan kepadanya (Zainab) tawanannya berikut kalungnya.”
Karena kalung itu dan cinta sang
putri begitu besar terhadap suaminya, maka hati Nabi luluh. Ia membebaskan Abul
Ash tanpa tebusan sepeser pun. Abul Ash pulang ke Makkah dengan kalung kenangan
milik Zainab terlingkar di lehernya. Anugerah yang begitu besar, anugerah yang
tak mungkin dia dapatkan tanpa adanya Zainab. Maka, makin tinggilah derajat
Zainab di hati Abul Ash. Cinta Abul Ash semakin besar.
Setibanya Abul Ash di Makkah, kebahagiaan
membuncah di antara keduanya. Isak tangis tak terbendung. Abul Ash meloncat
dari atas Ontanya, berlari memeluk Zainab. Istri tercinta. Bagitulah takdir
Allah, ketika ia meridhoi sesuatu ... apapun itu maka akan tetap terjadi.
Begitu pula cinta Zainab dan Abul Ash. Keputusan Allah itu pasti, rencana Allah
selalu happy ending. Entah apa rencana Allah pada sepasang suami istri ini(?)
Pastilah sesuatu yang besar adanya.
Setelah pertempuran itu, kehidupan
mereka bahagia. Zainab sedikit demi sedikit mampu merekahkan senyuman. Sang
suami di hari-hari yang ia lalui selalu ada untuk Zainab, begitu pula dengan
Zainab yang selalu menjadi penyejuk hati bagi Abul Ash. Kebahagiaan apalagi lah
yang mereka cari, selain kebersamaan indah ini. Lamat-lamat Zainab berdoa agar
keceriaan ini akan terjalin selamanya.
Sungguh sempurna hidup mereka kini. Terlebih
ketika suatu hari Abul Ash menemukan Zainab muntah setelah makan malam. Semula
ia kira Zainab sedang sakit, namun setelah ia periksa pada tabib ternyata
Zainab hamil. Zainab mengandung buah hati dari cinta mereka berdua setelah
bertahun-tahun bersama. Mungkin baru kini Allah memberikan amanah itu kepada Abul
Ash dan Zainab karena waktu ini yang tepat. Zainab percaya jika setiap
ketentuan Allah adalah yang terbaik untuk hambanya.
Lagi-lagi takdir mengambil perannya.
Tak lama Zainab dan Abul Ash bersama hidup bahagia di Makkah, turun sebuah
wahyu yang mengharamkan orang Islam kawin dengan orang Musyrik. Seketika Rasul
memerintahkan agar Abul Ash menceraikan anakknya; Zainab. Keputusan itu begitu
berat bagi keduanya. Bagaimana mungkin langit kembali memisahkan mereka setelah
apa yang terjadi. Dan setelah apa yang mereka lewati. Tapi itulah cinta, cinta
kepada Allah yang begitu besar tumbuh di hati Zainab memaksa ia harus mendekap
erat keikhlasan untuk berpisah. Abul Ash juga merasakan, meskipun cinta mereka
begitu dahsyat namun apalah daya jika Kehendak takdir mengatakan demikian.
Kesabaran dan keikhlasan lah yang
mesti mereka tanam kini. Setelah kebahagiaan yang mereka rangkai, kini mereka
harus berpisah. Tentunya untuk hal yang lebih mulia; Ridho Allah SWT. Tak pelak
lagi kesedihan mendera keduanya. Bagaimana janin yang ada dalam kandungan
Zainab, belum juga ia terlahir ia telah merasakan pahitnya hidup kedua orang
tuanya.
Setelah Abul Ash menceraikan Zainab,
ia berjanji untuk mengantar Zainab langsung pada ayahnya di Madinah.
Dalam perjalanan menuju Madinah, suatu
kejadian tak disangka-sangka menimpa rombongan perjalanan Abul Ash dan Zainab.
Penyamun menyerang mereka. Akibat peristiwa mengejutkan itu, Zainab jatuh
terjerembab dari Ontanya. Hal itu mengakibatkan janin yang ia kandung gugur
pada saat itu juga. Harapan buah cinta mereka kandas sudah. Hampir saja jiwa
mereka tak tertolong jika saja Allah tidak menurunkan rahmat berupa pertolongan
melalui seorang penyelamat. Mereka baru bisa tiba di Madinah setelah melewati
sekian ribu undakan dan turunan yang terjal. Zainab dengan fisik lemah akibat
keguguran merasakan betul betapa berat dan pedihnya perjalanan yang mereka
tempuh.
Sesampai di Madinah, Abul Ash
menyerahkan Zainab pada Nabi. Ia menceritakan semua kejadian yang mereka alami
di jalan saat menuju Madinah. Nabi paham kesedihan yang menggurat di wajah
mereka berdua. Lebih dahsyat lagi. Selain mereka kehilangan buah hati mereka
yang masih dalam kandungan Zainab, kini mereka harus berpisah untuk
selama-lamanya. Abul Ash menelan ludahnya, tenggorokan dia tercekat saat sadar
dirinyalah pemeran utama yang berada di jelaga takdir ini. Kisah cinta mereka
harus rela terpenggal oleh kenyataan yang ada. Zainab seorang muslim yang taat
kepada Allah dan Rasulnya, sementara Abul Ash hanyalah seorang kafir Quraisy
yang teramat membenci Islam.
...
Jauh di kota Makkah, setiba Abul Ash
kembali ke kampung halamannya. Dirinya tak kuasa melupakan Zainab. Wajahnya
selalu terbayang. Kerinduan padanya begitu tak tertahanan. Ia berharap dapat
menemukan jalan keluar dari keadaan pelik yang menyiksa ini. Seribu pedang
melukai tubuh dia masih bisa bertahan, lalu bagaimana dengan perasaan(?)
sungguh ini sangat sulit dikendalikan.
Hari demi hari berlalu. Bulan demi
bulan, bahkan tahun demi tahun. Abul Ash masih saja tetap setia dengan kesendiriannya.
Ia masih menjaga rasa cinta itu hanya untuk Zainab.
Demi untuk mengurangi rasa rindunya
pada Zainab, Abul Ash mulai menyibukan diri dengan berdagang. Suatu profesi
yang sudah ia geluti sejak lama. Sebagai seorang pedagang, Abul Ash sangat
jujur dalam urusan jual-beli. Ia sangat dipercaya oleh juragan-juragan Quraisy,
karena setiap kali ia mengurus perniagaan mereka. Selalu saja Abul Ash kembali
dengan keuntungan yang berlipat ganda.
Pada suatu hari, pada saat kedatangan
kabilah Syam. Abul Ash ikut dalam rombongan ekspedisi dagang para saudagar
Makkah untuk berniaga ke luar. Meraka menargetkan menjual barang-barang
dagangan di pasar-pasar Bashrah dan sekitarnya. Tetapi malang, saat hendak
pulang ke Makkah para prajurit Muslim yang kebetulan berpatroli di daerah sana
berhasil memergoki Abul Ash dan rombongan. Seluruh barang dagangan Abul Ash
ditahan oleh Prajurit Muslim, bahkan dirinya juga dapat tertangkap andai saja
dia tidak segera menghidar dari tempat itu untuk bersembunyi.
Sendirian Abul Ash berjalan di tengah
bentangan luas gurun sahara yang panas. Ia takut. Ia merasa dunia begitu
sempit. Sederetan pertanyaan berdesakan di kepala; bagaimana harus kembali ke
Makkah dengan tangan kosong? Apa yang akan dia katakan kepada juragannya? Ia
terus berpikir mencari jalan di tengah himpitan panas yang membakar. Tiba-tiba
ia mendapat sebuah inspirasi yang membentuk tekad dan keyakinan mantap.
Ia berencana mendatangi Madinah untuk
meminta perlindungan mantan istrinya; Zainab. Seseorang yang sangat ia cintai.
Berkirim suratlah ia ke Madinah
kepada Zainab guna menceritakan semua hal yang ia alami saat ini. Tentang
setiap gundah hati. Tentang segala masalah yang melilitnya hingga Abul Ash tak
berani pulang kembali ke Makkah. Tak dinyana surat itu berbalas, Zainab
menyetujui jika ia akan melindungi Abul Ash selama di Madinah.
...
Keesokan harinya,
Saat kaum Muslimin melaksanakan
Sholat Shubuh berjamaah bersama Rasulullah. Khusyuk menikmati lantunan kalam
Allah yang dibacakan Rasulullah, tiba-tiba terdengar seorang wanita berteriak
dari belakang mereka. Suara itu berasal dari Zainab.
“Wahai kaum Muslimin yang dirahmati
Allah! Au memberi perlindungan kepada Abul Ash ibn al-Rabi’.”
Usai Sholat, Nabi bertanya heran
kepada sahabat, “Apakah kalian mendengar apa yang tadi kudengar?”
“Ya,” jawab mereka.
“Aku tidak tahu apa yang saat ini
sedang terjadi, hanya yang pasti, setiap muslim dilindungi oleh muslim lain
yang terdekat,” sabda beliau.
Dalam hati Nabi tahu jika Abul Ash
belumlah menjadi seorang Muslim, ia masih musyrik. Namun cukuplah hal itu
membuat Muslim lainnya tenang dan tak sampai melakukan sesuatu yang buruk pada
Abul Ash sampai semuanya menjadi jelas baginya.
Kemudian diutuslah seseorang kepada
Zainab untuk menyampaikan pesan Nabi, “Jangan sampai ia (Abul Ash) mendatangimu,
sebab kamu tak halal lagi baginya.”
Akhirnya, setelah diberi tahu oleh
sahabat, Nabi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Abul Ash. Ia datang ke
Madinah dengan ketakutan yang luar biasa untuk meminta perlindungan kepada
Zainab. Nabi merasa iba. Hati beliau bergemuruh. Bukan semata karena Zinab
adalah putrinya. Meski beliau tahu perasaan apa yang masih putrinya pendam
hingga sekarang. Cinta kepada Abul Ash. Ini semua juga karena batinnya yang
terus dirajam lara dan tak henti menuai duka. Beliau terhenyuh saat memikirkan
Abul Ash. Tentang cintanya terhadap Putri beliau. Beliau berharap Abul Ash
segera mendapat hidayah dari Allah. Bahkan, untuk itu beliau bermunajat khusus
untuknya, sebagaimana pula beliau bermunajat untuk kaum musyrik pada umumnya,
agar diberi hidayah oleh Allah. Tanpa disadari, air mata Rasul luruh.
Mendengar kabar yang santer beredar
di Madinah tentang perlindungan Zainab kepada Abul Ash, tahulah kaum muslim
sisi-sisi cerita yang sebenarnya. Mereka semua menghormati keluarga Nabi.
Mereka dapat menangkap ekspresi kesedihan nabi terhadap kisah hidup putrinya
dan Abul Ash. Karena itu, cepat-cepat mereka mengembalikan barang-barang milik
Abul Ash yang mereka tangkap kepada pemiliknya secara utuh. Tanpa kurang sedikit
pun. Mereka juga membiaran Abul Ash pulang ke Makkah dengan membawa serta
hartanya dalam keadaan aman.
Sungguh kekuatan cinta begitu besar.
Kekuatan itulah yang membulatkan tekad Abul Ash untuk menuju Madinah. Dan
karena cinta itu pula ia kini dapat mengambil kembali barang-barangnya.
Sepanjang perjalanan ia habiskan untuk merenungi setiap jengkal peristiwa yang
ia alami. Dan tahulah dia sekarang bahwa kaum Muslim di Madinah tidak
menunjukan sikap permusuhan kepadanya. Bahwa mereka sama seali tidak menginginkan
hartanya. Bahkan yang lebih luar biasa bagi Abul Ash dan membuat hatinya kagum
saat mereka berhijrah dan meninggalkan harta benda begitu saja. Mereka lepaskan
seluruh kekayaan dan segala attribute keterhormatan status sosial yang mereka
sandang. Mereka rela hidup misin dan jelata di jalan Allah. Dan kini, usai
perang badar yang prestisius itu, kekuatan mereka makin kukuh. Kedudukan mereka
meningkat, dan kemuliaan yang dulu mereka tinggalkan kini tergenggam kembali di
tangan. Bahkan kini mereka siap mencerabut kehormatan kaum Quraisy dan
menerjang segala alang merintang. Kini umat muslim siap menaklukan dunia!
Terkenang kembali dalam pikiran Abul
Ash keagungan hati Zainab dan hati Rasulullah SAW. Juga sikap kaum muslimin
yang lain, demi rasa hormat mereka pada Zainab, mereka telah mengembalikan
martabat dan kehormatan dirinya di tengah-tengah masyarakat Makkah. Maka,
begitu masuk Baitullah yang suci dan menatap Ka’bah, jauh dari lubuk hatinya
Abul Ash memancarkan iman.
Cahaya yang menancap menjadi satu tekad.
Tekad yang jauh lebih suci dibandingkan dengan tekad dia sewaktu disergap
prajurit Muslim di dataran tinggi Madinah yang hampir menewaskan dirinya. Kini
dia merasa manjadi bayi yang baru saja dilahirkan ke bumi.
...
Penduduk Makkah menyambut kedatangan
Abul Ash yang membawa hasil melimpah itu dengan ucapan selamat dan doa
kebaikan. Mereka berkumpul memuji kejujuran, kemuliaan dan kedudukannya yang
agung setelah laba yang didapatkannya diserahkan kepada mereka seutuhnya.
Tetapi, saat penduduk Makkah hendak
membubarkan diri, Abul Ash berkata kepada mereka dengan suara lantang, jiwa
besar, dan semangat yang bergejolak.
“Wahai segenap kaum Quraisy! Apakah
aku telah menunaikan kewajibanku kepada kalian?”
“Tentu saja, kaulah saudara kami yang
terbaik! Semua telah kau tunaikan Abul Ash! Bahkan tanpa kurang sedikit
apapun,” sahut mereka.
“Sekarang ketahuilah,” kata Abul Ash
kemudian, “bahwa aku telah bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Rasul Allah!”
Mendengar itu sontak seluruh warga
Makkah terdiam. Mereka kaget. Bergeming dengan kebisuan sejuta bahasa tatkala
mendengar langsung apa yang diucapkan Abul Ash.
Rupanya Abul Ash ingin keimanannya
itu berangkat dari suatu kekuatan, bukan kelemahan ataupun kehinaan. Agar
kejujurannya tidak tercoreng, dan dapat mengucap dua kalimat Syahadat dengan
mantap. Ia tunaikan terlebih dulu kewajibannya terhadap kaum Quraisy. Baru
kemudian keimanan itu meledak buncah tak tertahankan. Keimanan ini membuat kaum
Quraisy bungkam.
Tak lama setelah itu, Abul Ash pun bertolak
menuju Madinah. Ia memutuskan untuk bergabung dengan segenap kaum Muslimin
lainnya. Kabar keimanan Abul Ash segera diketahui Rasulullah. Begitu bahagianya
Rasul mendengar berita itu. Dengan kelapangan hati dan tangan terbuka beliau
mempersilahkan dan menerima Abul Ash menjadi bagian dari mereka kini. Terlebih
Zainab, tatkala ia mendengar berita bahwa Abul Ash kini Islam, tak pelak tangis
bahagia mengucur deras membasahi pipi. Ia sujud syukur terhadap rahmat dan
karunia yang begitu besar ini.
Sesampainya dia di Madinah sambutan
luar biasa pula dari kaum Muslim lainnya. Tak berselang lama setelah itu Nabi
memutuskan untuk menikahkan kembali putrinya Zainab binti Muhammad dengan Abul
Ash ibn al-Rabi’.
Pernikahan digelar sederhana, namun
dengan kebahagian yang sulit dilukiskan kata-kata. Zainab dan Abul Ash beradu
pandang. Mereka saling tersenyum. Senyum bahagia ketika mereka melepas rasa
dahaga cinta setelah sekian lama berpisah. Rasa itu tetap sama, tak memudar
sedikitpun benih kasih diantara mereka. Allah kembali mempertemukan mereka
dengan Mahar istimewa berupa keislaman Abul Ash itu sendiri. Sayup-sayup air
mata bahagia kembali menganak sungai di pipi keduanya.
Layar tertutup, kisah Abul Ash dan
Zainab kini berakhir penuh takjub. Perjuangan lika-liku cinta yang begitu
menggerus jiwa. Kisah yang tak aan lekang oleh waktu. Tentang kesetiaan cinta,
pengorbanan, dan ketaqwaan terhadap Allah.
Tetapi, kebahagiaan itu ta
berlangsung lama. Sungguh ironis. Di tahun ini pula (Tahun kedelapan Hijriah)
setelah pernikahan mereka Zainab berpulang ke pangkuan Allah. Sungguh hal ini
menjadi pukulan yang berat bagi Abul Ash dan juga Nabi. Berhari-hari Abul Ash
dirundung duka mendalam. Ia menjadi sulit makan. Hingga tak lama setelah itu
Abul Ash juga menyusul Zainab berpulang ke pangkuan Allah.
Cinta sejati mereka dijalani dengan
lika-liku yang begitu menggetaran siapa saja yang membaca. Kisah cinta sejati
sesungguhnya. Mudah-mudahan mereka dipertemukan di Syurga.
Waallahu A’lam bishowab.
Jambi, 14/10-2014
Assalamualaikum,
Izin share ya mas...
Waalaikumsalam, silahkan Mas
Sedih bacanya..Ijin share..
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877
numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
=
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [7035] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI? bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya?menang NOMOR 657 JUTA ,
PESUGIHAN DANA GAIB
PESUGIHAN UANG BALIK
DAN PESUGIHAN TUYUL
Izin share pak
I0nQQ*C0m
agen terbesar dan terpercaya di indonesia
segera daftar dan bergabung bersama kami.
p1n bb:*58ab14f5
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajoqq^^com...
segera di add black.berry pin 58CD292C.
WwW-AJoQQ club-c0m | bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000
pin BB : 58ab14f5 , di add ya...
dijamin seru dan menghasilkan | IONQQ.