Antologi Simfoni

SIMFONI NENEK RENTA

Fajar kini menyingsing
Sinarnya jingga melewati celah bebatuan, pagi ini.
Mencoba membuka tabir kehidupan baru
Setelah menghangatkan hati yang sendu
Dalam dekapan dinginnya kesunyian. Dimalam tadi.

Coba lihatlah
lewat lobang gedek kusam di depanmu
Terlihatkah sosok tua ringkih itu
Yang bergumul dengan perapian
Sejak tadi meniup api dalam angklo
Di pawon sederhana milinya
Berusaha membarakan arang
Untuk berjualan lotek hari ini

Nenek renta, namun tetap tegar
Menyembunyikan kepedihan hidup dan jejak masa lalu
Bersama arang, perlahan terbakar
Biarkan di cumbui api. Dan habis.
Setiap kesedihan yang menggelayuti
Agar tidak tersisa lagi, untuk langit cerah di pagi ini

Bukankah miris engkau melihatnya
Nenek renta sebatang kara
Tanpa suami dan seorangpun saudara
Bahkan anak-anaknya pun telah tiada
Sudah sejak lama saat terjadi bencana

Kini,
Hanya ikhlas yang menemani
Dalam kesendirian
Di rumah usang peninggalan belanda
Menghidupi cucu satu-satunya
Peri mungil belahan hati
Sebagai pelipur lara
Seseorang yang dia miliki, seorang yang dia sayangi
Dengan sepenuh jiwa.

Hanya pada si mungil senyum tersisa
Senyum haru,
Namun tetap bahagia.

Jambi, 16/05-13

KISAH USANG NEGERI USANG

Disuatu massa, ketika angin menderu pilu
Menerbangkan dedaunan kering,
; Kerontang
Melewati jendela tanpa kaca.
Diantara belukar dan akasia tua itu.

Aku masih ingat betul,
Kemilau matamu masih jelas.
-Dan semua
Kita perbincangkan. Tentang hidup,
cinta, dan harapan.

Seakan takdir telah mencatatnya, dalam selembar
Kertas usang.
Termakan oleh zaman.

Di bawah terik siang itu, di dalam pondokmu yang sumpek
Tanpa ragu kita saling menertawakan diri sendiri.

-Aku tertawa
Melihat gigimu yang panjang dan besar seperti kelinci.
Aku bilang padamu,
 “Aku bisa mendaratkan pesawat di atasnya.”
Dan lihatlah pula badanmu yang kurus, hingga terlihat rusukmu.

Engkau marah dan membalasku,
Engkau terbahak-bahak menertawakan jerawat yang ada di hidungku.
Bentuknya merah seperti tomat.
“Hidung badut!”
Engkau beranjak hendak menyentilnya.
Ah! tentu saja aku menepis,
Jerawatku bisa pecah karena engkau.

Kemudian kita saling tertawa, menertawakan kepolosan.
Atau mungkin keadaan saat itu.
Layaknya seorang politisi kita membicarakan negeri ini.
Soal berita semalam,

Seorang wakil rakyat
Ditangkap karena terbukti korupsi.
Menggelapkan uang pendidikan dan kesehatan rakyat jelata.
Lebih parah lagi ada yang berkedok agama,
Uang pengadaan Al-Quran dipangkas oknum mereka.

Sudah tentu engkau murka mendengarnya.
Engkau bilang hidup di negeri ini seperti hidup di negeri usang.
Filosofi pancasila hanya seperti dongeng untuk anak-anak sebelum tidur.
Agar lelap dibuai mimpi
Dan melupakan Ibu pertiwi yang telah menjadi sejarah.

Sudahlah,
Kita sebagai kawulo alit bisa apa.
Apa mau mencaci mereka,
Atau bergabung dengan rekan kita berdemo di gedung DPR sana.
Apa suara kita didengar,
Bukankah mereka tuli atau mungkin pura-pura tuli.

Lihatlah kenyataan ironis pada negerimu, yang sering engkau lihat di Teve
Atau kerap kau dengar di Radio butut milikmu.
Pantaslah engkau mengutuk mereka.
; Pengkhianat!

Merekalah panjajah sebenarnya.
Yang seharusnya dibasmi
Layaknya hama, mengerogoti tunas
-Masa depan
Hingga jadi sampah.
Kemudian di muntahkan, dalam bentuk kotoran.
Kotoran kehidupan.

Panas siang ini seperti mengajak kita untuk berkelahi.
Aku menyindir dirimu, karena engkau lupa memberiku minum.
tapi sudahlah,
Senyummu itu aku sudah bisa mengartikannya.
Engkau enggan berjalan kerumahmu untuk mengambil air.
Terlalu jauh, padahal hanya dua puluh meter.

Jujur saja, berbicara denganmu sudah cukup
Melepaskan dahagaku selama ini.
Dahaga kebisuan, tak tahu dimana aku menumpahkan
Semua beban penat pikiran,
Soal negeri usang

Terima kasih teman, sepertinya aku harus pergi
Meninggalkan dirimu
Masih banyak kesibukan yang harus kulakukan
Terlalu sibuk jika harus memikirkan kembali kisah negeri usang ini.

Biarkanlah takdir yang mencatatnya,
Dalam selembar kertas usang. Tentang negeri usang
Hingga suatu hari nanti, kita berdua bisa membacanya bersama.
Akhir cerita dari negeri ini.

Bangko, 06 Juli 2012

NYANYIAN BEBAS

Bukankah hujan didepanmu jadi bukti
Tidak mungkin air itu akan
Kembali lagi kelangit
Dan biarkan air itu bebas. Ikuti sungai
; Mengalir lepas
Menjauhi basah yang ia tinggalkan tadi.

Seperti kataku,
Tidak akan pernah kutarik lagi
-Ucapanku.

Layaknya ksatria
Inilah ungkapan bebasku.
Nada berontak!
Nurani tercekik selama ini.

Coba kau dengarkan,
Irama teriakan itu. Pedih bukan(?)
Itulah hati tersakiti.

Tidak akan pernah kembali lagi,
Walau engkau merayu dengan segunung keindahan.
Tetap pada prinsipku.
Aku tidak akan
; Kembali!

Bangko, 30 Agustus 2012

ELEGI KEMENANGAN

Engkau berdiri,
Membusungkan dada, melihat kesekelilingmu.
Semua lemah tak berdaya. Berusaha berdiri
Terseok dan jatuh kembali.
Ketika kemenangan berada dalam genggamanmu.
Engkau berada di atas segalanya.
Engkau yang memegang kendali.
Atas apa yang engkau mau.
Persetan dengan mereka,
Tak butuh nurani untuk mencapainya.
Asal engkau bisa menang,
Waktupun akan engkau bungkam.
Bahkan takdir akan engkau tikam.
Agar menjadi kekal, kemenangan itu..
Abadi.

Namun sadarkah engkau.
Roda kehidupan itu terus berputar.
Tadi engkau di atas, mungkin sekarang kau ada di bawah.

Coba lihatlah itu,
Para pecundang yang sejak tadi melihatmu.
Dengan tatapan dingin, dari kegelapan di sekelilingmu.
Dari puing-puing dunia mereka.
Mereka terus menunggumu untuk terjatuh
Cacian dan cercaan talah di persiapkan untuk menggulingkanmu

Sementara kau, masih terbuai dalam riuhnya pesta kemenanganmu tadi.
Tanpa menghiraukan, itu pesta terakhirmu.

Tak kau sadari mereka merangkak ke arahmu.
Perlahan mulai mengulitimu.
Mengupas ego mu.
Mencabik-cabik kesombonganmu.
Dan melemparmu kedalam kegelapan. Menyesakkan dada
Sebuah keadaan yang berbalik dari dunia mu.

Kini,
Siapakah pecundang itu.
Di dalam kegelapan itu engkau duduk termangu.
Merintih, melihat kemenangan itu hilang dalam sekejap
Berusaha meraihnya kembali, namun engkau tak sanggup.
Tak ada yang bisa kau lakukan.
Hanya menunggu.
Hingga seseorang datang padamu. Menghampirimu
Menawarkan sebuah kemenangan
Dengan harga pantas..

Berapapun itu,
Pasti engkau bayar.

Jambi, 09 Januari 2013

ADA KERINDUAN DALAM SEPOTONG KUE

Ini hanya sepenggal kisah,
Sederhana bagimu, tapi mengoyak isi hatiku.
Akan kuceritakan semua padamu. Tentang adikku disana.

Umurnya kini 10 tahun, meniti jalan kehidupan.
; Beranjak remaja.
Aku sangat menyayangi dia.
Seperti hatiku tertanam pada hatinya.

Ketahuilah, ketika lahir akulah yang memberikan dia nama.
Bertepatan dengan malam kebaikan,
; Seribu malam.
Ketika para malaikat memainkan harfa dari surga.
Ketika lantunan tasbih
Mengalun merdu menggema seluruh dunia.

Saat bidadari berdo’a atas segala Rahmat di alam semesta.
Saat itu dia lahir.
Malam sunyi, penuh kebahagiaan.
Berharap kelak dia berhati mulia. Menjadi kebanggaan keluarga dan sekitarnya.
Itulah do’a kami sekeluarga untuk menyelimuti hati kecilnya.

Namun,
Tak sepenuhnya proses pendewasaan manusia itu sama.
Dia tumbuh menjadi anak nakal.
Suka membuat masalah dan merepotkan banyak orang.
Kerap berkelahi dan sulit sekali untuk mengerti.
Peringatan orang tua dan guru hanya seperti lelucon di telinganya.

Ah Sudahlah,
Wajar saja karena dia masih anak-anak.

Tapi, ada hal lucu tentang dirinya.
Dia masih saja selalu cengeng dan penakut ketika sendiri.
Tidak jauh beda dengan sifatku dulu.
Selalu merengek ketika ditinggal orang tua.

Jelas saja kami serupa,
Karena aku dan adikku lahir dari rahim yang sama.
Menggelikan, tapi itulah kenyataannya.

( Suasana terik di awal bulan September )

Hari ini,
Kalimat takbir mengumandang di angkasa.
Dalam semilir angin kering, semakin garang
Surau-surau menyuarakan nama-Nya.
”Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Besok adalah hari kemenangan.
Hari dimana kita kembali dilahirkan.
Kemenangan besar.
“Ya!” teriak orang.
Lalu nenek bakul lotek itu tersenyum.

Anak-anak berebut saling dorong
Meminta uang kecil pada ayah mereka. Merengek.
Lihatlah pula
Ada Ibu mengendong bayinya di jalan, menjajakan uang baru.
Pecahan lima ribuan, berharap ada yang berbaik hati menukarnya.
Demi anak,
Untuk makan ketupat esok pagi.

Lalu, adakah engkau mau menukarkan hatiku.? Demi adikku,
Hatiku menjadi pecahan kecil saat menulis cerita ini.
; Rapuh.

Diriku tidak bisa memeluk adikku saat semua orang berkumpul di hari esok.
Hari kemenangan?
Apa pula yang telah kumenangkan.
Hanya satu kaleng kue rumahan untuk hari lebaran.
Lebaran dalam puing-puing hatiku sendiri. Berserakan.

Saat pecahan hati itu semakin rapuh, ketika pesan itu datang dari adikku.
Dia meminta maaf,
Berharap aku dapat disana saat ini, menemaninya.
Makan ketupat bersama dalam satu meja, tertawa.
Diriku membacanya tersenyum getir.
Sakit hingga ke relung jiwa.

Lama, Menuggu pesan dari dirinya lagi
; Gelisah.
Detak arloji semakin panjang dan penat.
-Berjingkat!
Seperti waktu mempermainkan diriku,

Sampai pada akhirnya,
“Harapan adik hanya bisa bertemu kakak lagi.
Adik kirimkan kue untuk kakak,
itu buatan adik sendiri, kuenya jelek
; Mungkin tidak enak.
Tapi adik sendiri yang buat.

Kapan kakak akan kembali?
Adik rindu.
Minal aidzin wal faidzin kakak,
Maafkan semua kesalahan yang adik lakukan.”

Bersama bunyi takbir itu, Air mataku terjatuh.
;Menangis.

Yogyakarta, 28 September 2010

AKULAH PENA DAN SECARIK KERTAS

Akulah pena dan secarik kertas itu
Yang menuliskan tentang pahit getir
Atau bau busuknya kehidupan
Seperti keringat-keringat para buruh
Saat memikul beban realita
Demi menghidupi anak dan istrinya
Agar mereka dapat makan
Meski hanya dengan harapan
Dan sisa nasi semalam

Akulah pena,
Yang mencatat dalam secarik kertas
Tentang sesuatu yang kau lupakan
Sejak lama
Semenjak kau telah tertidur lelap
Dan terbuai mimpi, dalam rumah-rumah bertingkatmu
Lupa terhadap segala hal di sekitarmu

Maka,
Izinkan aku mengingatkanmu kembali
Lewat tulisan di secarik kertas itu
Agar kau dan aku dapat mengerti
Dimana letak jiwa dan hati
Saat melihat,
Seorang bocah gelandangan yang ditikam mati
Di sudut sebuah trotoar jalanan kota kita
Menjadi bangkai
Di atas tumpukan sampah dan kartu remi
Ataukah saat kau melihat,
Puluhan waria dan pelacur kala malam telah tiba
Berbaris menjajakan sesuatu yang kau anggap tabu
Kepada si bangsat dan hidung belang itu
Bahkan saat kau melihat,
Seorang pengemis renta
Memunguti sisa roti basi dalam tong sampah di depanmu
Disaat kau sedang makan enak
Burger dan pizza bersama kerabatmu

Begitu ironis bukan,
Tabir kehidupan dunia kita
Antara realita dan nurani
Sungguh jauh berbeda

Ya!
Inilah aku,

Sebuah pena dan secarik kertas
Yang lugas menceritakan
Ketika aku telah muak
Harus memikirkan estetika
Sebagai tolak ukur sebuah karya
Maka biarkan aku.
Bebas dan lepas bercerita
Tanpa harus terbelenggu dalam aturan pemilihan kata
Agar aku dapat menampar jiwa kita

Yang mungkin tak tahu
Atau hanya pura-pura lugu

Jambi, 26 Maret 2013

DUNGU

Semprul.!!
Sungguh dungu, memang
Kurang akal
Apalagi kata yang hendak kau tamparkan padaku
Selagi aku masih cengar-cengir menerimanya
Biar dalam bentuk utuh, ku caplok segalanya
Karena tak akan marah. kau tahu itu
Aku tidak akan marah.

Ayo, cekoki lagi
Segala ucapan sampah itu
Semakin penuh maka semakin menggelitik
Dan meluber keluar,
Hingga dapat ku muntahkan kembali
Berupa sebuah pesan untukmu
Agar dapat kau dengar
Lewat telingamu yang bersampah itu

Lucu memang,
Saat sore ini aku kerumahmu
Dengan menggunakan kaos kebangsaanku
Yang satu minggu tak di cuci katamu
Kugunakan terbalik
Seperti bocah edan
Belakang kedepan,
Dan depan kubalik kebelakang
Bertuliskan "sedeng"
Hingga kerahnya meleber di bagian punggung

Itu bukan cari sensasi
Karena aku bukan selebriti
Yang doyan porno aksi
Dan jadi berita hot di meja redaksi
Aku hanyalah aku
Yang suka berkreasi
Pada jalurku sendiri
Tanpa tuntutan intervensi
Meski sekedar cari informasi
Tentang sikap orang kota
Yang katanya jauh dari peduli

Benarlah adanya,
Tentang fakta yang kutemui
Sepanjang jalan menuju rumahmu
Tentang hilangnya rasa perduli
Pada masyarakat yang katanya madani
Sebatas apa ?
Mengingatkan baju terbalik saja tidak ada

Lucu,
Persinggahan pertama pada sebuah mini market
Banyak orang, tapi tak satupun menegur
Saat aku beli minuman bersoda rasa anggur

Persinggahan kedua pada tempat pengisian bensin
Banyak manusia, tak satupun mengingatkan

Dan terakhir sholat isya' barusan
Banyak jama'ah, tak satupun menghiraukan

Oh..
Sungguh malang kotaku
Banyak masyarakat
Tapi tak satupun yang terikat
Pada cinta kasih kepedulian di dalam umat
Sungguh melarat kota yang sekarat
Katanya madani tapi ikut kebiasaan barat

Jambi, 31 Januari 2014

BOLA SUARA

Iya...
Pemirsa-pemirsa,

Dapat kita saksikan
Pertandingan begitu sengit
Kedua kubu saling menyerang
Ada yang serang ada yang bertahan
Silih bergantian
Ternyata mereka seimbang
Dengan andalan masing-masing
Gaya permainan masing-masing

Terlihat...
Pemirsa-pemirsa,

Dedengkot mereka mengatur strategi
Beberapa kali ubah formasi
Segala trik jitu coba sana-sini
Pasang cabut pemain sudah berkali-kali
Lobi lobian pun pasti teruji

Kembali...
Pemirsa !!!
Pertandingan semakin memanas
Andalan mereka kian beringas
Saling oper
Dan permainkan yang lain
Satu.. dua.. tiga..
Ci..luk..ba..!!
Kucing-kucingan jadi hal yang biasa
Sikut kiri gigit kanan
Sepak !
Terjang !
Gelinding !
Lari !
Kepit !, banting !
Suunnduuulll....!!!!!

Semakin tegang,
Pemirsaaa...!!!
Beberapa pemain telah jatuh binasa
Terus giring dan lampaui beberapa lainya
Dan kini tujuan di depan mata
Apa yang terjadi..
Akhirnyaaa...!!!
Si kulit merah telah melewati kotaak suara.
Tancap sedikit
Tendang !
Dan. GOOOOLLLL...!!!!!

Kulit merah memasuki kantongnya
Gelembung.
Rusak.
Dan pecah suara

Sementara disana,
Dedengkot. kembali tertawa lega.

Jambi, 09 Februari 2014



6 komentar:

  1. teletabis mengatakan...

    agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
    ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
    pin bbm :2B389877

  2. Dave Thames mengatakan...

    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

  3. Rai Vinsmoke mengatakan...

    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

  4. veronica lim mengatakan...

    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq^^com...
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW-AJoQQ club-c0m | bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

  5. veronica lim mengatakan...

    pin BB : 58ab14f5 , di add ya...
    dijamin seru dan menghasilkan | IONQQ.

  6. sarah mengatakan...

    AYO Bergabung Bersama AJOQQ | Menawarkan Berbagai Jenis Permainan Menarik.
    1 ID untuk 8 Permainan Poker, Domino, Capsa Susun, BandarQ, AduQ, Bandar Poker, Sakong, Bandar66 ( NEW GAME!! )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    - Bonus Cashback 0.3%. Dibagikan Setiap hari SENIN
    - Bonus referral 20% SELAMANYA
    - Minimal Deposit dan Withdraw hanya 15 rb Proses Aman & cepat
    - 100% murni Player vs Player ( NO ROBOT )
    Pin BB: 58cd292c
    website : www.ajoqq.org

Posting Komentar