Ko Jeena
Entah kenapa malam ini jemari
tergelitik untuk menulis tema ini. Walimah. Bukan berarti ini modus ya, bukan! Sama
sekali bukan. Tapi ada sesuatu dalam benak saya yang seolah-olah berebut ingin
keluar. Daripada ditahan dan akhirnya jadi migrain, maka lebih baik saya
tuliskan saja. Semoga bermanfaat.
Saya bukan ingin membahas tentang
hukum, kebaikan, dan manfaat dari sebuah pernikahan itu sendiri. Sebab dari
banyak sumber yang merujuk pada Al-Qur’an dan hadits telah banyak membedahnya. Mungkin
saja kalian lebih paham dari saya. Tentang pernikahan sendiri memiliki ruang
lingkup yang begitu luas. Dari perencanaan, pemilihan, hingga hal-hal apa saja
yang ada dan mesti dijalanani dalam proses sesudahnya. Hal itu untuk lebih
jelasnya kita bisa membuka Fiqh Nikah.
Saya hanya ingin sedikit sharing dengan
segala keterbatasan ilmu saya mengenai sesuatu di luar pernikahan itu sendiri,
tapi sangat berpengaruh nantinya dalam proses menjalani kehidupan setelah
penikahan.
Jujur, saya juga belum menikah. Tapi hal
ini tak lantas menghalangi untuk berbagi sedikit artikel tentang pernikahan itu
sendiri bukan. Analoginya, ketika kita ingin membahas tentang Narkoba dan Sex
bebas tidak mesti kita harus terjerumus dahulu agar dapat menuliskan kebaikan
tentangnya. Meskipun lebih baiknya jika mengalami sendiri. Ah! Sudahlah ...
intinya tak harus menikah dulu untuk menulis tentang ini.
Bagi sahabat-sahabat yang telah,
sedang, atau dalam masa persiapan diri untuk hal mulia satu ini, pernah tidak
terlintas dalam pikiran kita tujuan dari kita menikah itu sendiri. ‘Apa sih
tujuan kita menikah?’ mungkin pertanyaan itu terlihat sepele, tapi percayalah
hal itu akan berpengaruh besar terhadap proses pernikahan nanti. Dari bagaimana
kita mempersiapkan diri, pemilihan calon, hingga hal-hal yang mesti dikejar dan
capai setelah pernikahan bersama pasangan kita nanti.
Contoh kasus lain begini, ketika
dahulu kita memilih bidang jurusan pendidikan yang kita tekuni tentu pertanyaan
serupa pula terlontar. Tidak mungkin seseorang ingin menjadi perawat tapi ia
sekolah di jurusan tata boga. Tidak mungkin seseorang ingin menjadi arsitek
tapi ia menuntut ilmu di jurusan seni. Seperti halnya saya dahulu. Saya ingin
bekerja di luar negeri di bidang pariwisata atau setidaknya kapal pesiar mewah,
oleh karena itu saya bersekolah di jurusan pariwisata dan memperdalam bahasa
asing. Tapi ya itu dulu, sebelum Allah memberikan ganti lain yang lebih baik.
Begitu pula dengan pernikahan. Tentu kita
tidak sembarang membentuk sebuah keluarga. Harus ada motif yang
melatarbelakanginya. Tujuan kita harus jelas!
Allah akan memberikan segala sesuatu
itu sesuai dengan niat kita. Sesuai dengan sabda Rasulullah, “Segala amal itu
tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka
barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu
kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan
dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu
kepada apa yang ditujunya”. Karena sejatinya pernikahan itu adalah ibadah, maka
sudah seharusnya kita memperjelas niat kita menikah untuk apa.
Tujuan atau niat itu perlu. Dengan niat
yang kokoh, maka akan terbentuk sebuah pernikahan kokoh pula. Selayaknya karang
yang diterjang ombak. Tidak goyah sebab jelas.
Ada banyak orang yang menikah karena
faktor ‘CINTA’. “Aku mencintaimu, maka aku harus menikah denganmu.” Sebenarnya tidak
salah dengan hal ini, hanya saja kita mesti pahami jika cinta itu absurb;
sesuatu yang tidak jelas. Bagi para penggiat seni rupa itu namanya abstrak. Lalu
apakah cinta bisa menjamin sebuah pernikahan akan bahagia? Jawabannya belum
tentu kawan. Coba kamu pikir secara logis, bisa tidak sesuatu yang abstrak
memberikan satu gambaran pasti tentang hasilnya. Tidak! Coba lihat lukisan
abstrak, maka setiap mata yang melihat akan berpresentatif hal berbeda. Lah wong
namanya juga gak jelas. Abu-abu.
Banyak niat yang dapat memperkokoh
suatu pernikahan. Ketika seseorang menikah hanya untuk mendapatkan kepuasan Sex
semata, maka pastilah ia akan mencari kriteria pasangan yang dapat memenuhi
itu. Ia pun akan mempersiapkan diri untuk itu. Ketika seseorang menikah untuk
memperlebar sayap bisnisnya, maka ia akan mencari pasangan yang dapat menunjang
bisnisnya, bisa jadi anak orang kaya atau pengusaha. Intinya bisnis yang kelak
akan ia bina dengan sang pasangan harus berkembang. Itu ada juga. Ada pula
seseorang yang menikah karena paras nan elok, jika hal ini masih
nyerempet-nyerempet dengan cinta, tapi ujung-ujungnya tentang pemuasan biologis
juga. Banyak niat lain yang dapat melatar belakangi sebuah pernikahan.
Ingatlah kawan. Niat itu yang
menentukan pernikahan kita akan berjalan seperti apa. Masalah langgeng atau
tidak biarlah itu tetap menjadi rahasia Allah. Ketika kita menikah karena
harta, saat harta habis maka pernikahan akan goyah. Ketika pernikahan karena
paran nan elok, ketika menjadi jelek dan keriput pernikahan dapat terancam
bencana. Jika karena kepuasan biologis semata, ketika salah satu pasangan tak
lagi mengimbangi bisa-bisa perselingkuhan di depan mata.
Lalu niat apa yang dapat membuat
sebuah pernikahan itu kokoh. Niat karena Allah! Kawan. Dengan meniatkan karena
Allah, maka tujuan pernikahan akan mudah ditapaki.
JIka kalian bertanya pada saya
perihal tujuan pernikahan. Saya memiliki tujuan yang tentunya saya rahasiakan. Saya
akan memilih pasangan dengan visi dan misi yang sama. Karena Allah. Dengan meniatkan
pernikahan adalah ibadah karena Allah, maka proses setelah pernikahan nanti In
syaa Allah akan mudah dijalani karena visi dan misi pasti serupa. Tidak
jauh-jauh dari mengharapkan ridho Allah. Masalah perbedaan lain bisa
mengimbangi. Karena yang terpenting adalah menetapkan tujuan dari pernikahan
itu sendiri.
Kesimpulannya apa(?) Sebuah
pernikahan tidak bisa hanya kita jalankan seperti air yang mengalir saja. Istilahnya
ikut arus. Hal itu malah akan berpotensi menenggelamkan kapal mahligai
pernikahan itu sendiri. Sejak awal, sebelum proses pernikahan harus ditentukan
dulu niat yang lurus dan tujuan menikah itu untuk apa. Hal itu dapat kita
jadikan sebagai rujukan dalam memilih kriteria pasangan nantinya. Agar pernikahan
itu benar-benar sejalan dan mempermudah dalam upaya mengharap ridho Allah.
Sebuah pernikahan pasti akan selalu
ada badai menerjang. Dengan visi misi kokoh akan menguatkan biduk pernikahan
itu di tengah gelombang pasang.
Waallahu’alam
Jambi, 13/12-14