Ko Jeena,
Sejujurnya
aku bingung, harus memulai percakapan darimana. Takut-takut jika nanti
perkataanku melukai hatinya. Namun mau bagaimana lagi. Harus ada seseorang yang
bisa mencairkan waktu. Pada kepenatan, yang sejak tadi bungkam di ringkus hari.
Semprul..!!. seiring detak arloji yang terasa berjingkat, tak juga ku temui
sepatah kata keluar dari kerongkongannya. Terpaksa aku yang harus mengeja kata
lewat mimik wajah yang memburat buram.